Ada 10 + 2 episode, masing-masing sekitar 40 menit (kecuali episode pertama sekitar 70 menitan) belum termasuk pembuka dan penutup episode. Menurut Blogger pribadi, tidak ada detik dan menit yang terbuang dalam serial ini, semuanya penting dan bermakna, padahal kasus awal yang mereka diskusikan itu simpel (oke, bukan simpel juga sih) tapi ternyata rantainya panjang.
Sangat sulit untuk bacotin serial ini tanpa spoiler sama sekali, tapi Blogger berusaha untuk jangan terlalu banyak.
Blogger tahu tentang serial ini karena follow instagramnya Ryota Katayose tepat setelah nonton Anikoma. Lihat poster dan judul ini di IG dia, Blogger pikir mungkin ini bakal kayak Ansatsu Kyoushitsu, apalagi karena repot-repot tulis 'Kelas 3A' (di Assassination Classroom itu tokoh utama kelas 3E, tapi nama kelasnya gak disebut di judul'). Lalu Blogger cari di situs dorama online langganan, belum juga nongol sampai berminggu-minggu padahal di IG Ryota bilang sudah episode berapa gitu, kemudian Blogger nyerah. Nah, Jumat kemaren entah gimana Blogger nemu ini, langsung nonton.
Sangat seru dan menegangkan secara bersamaan. Secara pribadi, Blogger merasakan vibe '35 Sai No Koukousei' (No Dropping Out: Back To School At 35) dan 'Gakkon No Kaidan' (The Girl's Speech) sepanjang nonton 10 episode dorama ini. Jalan ceritanya sangat berbeda, tapi format filmnya mengingatkan Blogger soal No Dropping Out, serta penuturan alurnya seperti The Girl's Speech.
Jadi keseluruhan 10+2 episode ini terjadi dalam 10 hari (dalam dorama). Kasus yang mereka bahas adalah tentang kasus bunuh diri seorang gadis kelas 3A yang adalah seorang atlit renang terkenal. Wali Kelas 3A, yakni Hiiragi, ketika sepuluh hari menjelang kelulusan, meledakkan satu bagian sekolah sehingga kelas 3A gak bisa kabur. Hampir di setiap episode (berarti hampir setiap hari disana) Hiiragi yang sering dianggap remeh para murid karena penampilannya itu memberikan tugas yang harus dituntaskan para murid (dan nantinya polisi) sebelum jam 8 malam. Jika tugas yang diberikan gagal dituntaskan, dia akan minta korban dari 29 murid yang ada di kelasnya.
Episode satu sangat menegangkan, benar-benar seru dan bikin penasaran. Apalagi walau secara implisit memperlihatkan Hiiragi benar menancapkan pisau ke dada salah satu muridnya di akhir episode pertama. Tapi, ada yang kurang sreg untuk Blogger di awal episode 2, yaitu ketika pembukaan, gambar ini muncul sama seperti episode 1.
Itu adalah wajah para murid kelas 3A. Yang membuat Blogger kurang sreg adalah, tidak ada tanda bahwa Hiiragi telah membunuh muridnya (di episode 1). Karena gini, karena temanya agak berat, Blogger mengharapkan ada tanda silang di wajah murid yang kena tusuk. Lalu ketika dia minta 5 korban, Blogger berharap tanda silang itu juga ada di wajah 5 murid tersebut. Tapi enggak ada tanda apa-apa. Darisitu Blogger bisa menyimpulkan, Hiiragi tidak akan membunuh siapa-siapa.
Konklusi di episode 10 sangat baik, walau geregetan juga karena ada tokoh-tokoh tak berwajah yang gak tahu diri. Jadi keseluruhan serial ini maksudnya adalah ingin memperlihatkan betapa kuatnya sosial media terutama di zaman sekarang. Apa pun yang ditaruh di sosmed itu bisa berpengaruh terhadap siapa pun, makanya orang-orang terutama lewat serial ini diminta untuk menjaga perkataan yang kamu taruh di sosmed, kalau taruh sesuatu di sosmed itu harus dipikirin dulu. Jangan sampai gara-gara kamu nulis sesuatu yang ngaco, kamu malah bersama-sama dengan orang lain 'membunuh orang'. Kalau ada suatu kasus yang ramai di internet, jalan langsung memaki, karena belum tentu sesuatu yang ramai itu benar. Boleh komentar, tapi tetap jaga omongan, bukan langsung menghakimi.
Gara-gara itu Blogger ingat kasus 'A' yang sempat ramai di Indonesia. Saat kasus itu muncul, langsung orang beramai-ramai (sok) semangatin A di sosmed, padahal kenal pribadi juga kagak. Iya oke, menyebarkan berita biar maksudnya doa sama-sama itu baik, tapi ya gak usah sambil memaki orang-orang yang katanya pelaku itu. Sungguh, Blogger ketawa saat tetiba muncul fakta lain tentang kasus A, bahwa tentang alasan dia dijahatin itu adalah karena dia duluan yang menghina keluarga pelaku. Terlepas itu benar atau enggak, mulai muncul tagar yang menyatakan bahwa A juga bersalah. Langsung saja orang-orang yang tadinya menghujat Pelaku berbalik menghujat A---disitu Blogger ketawa. Makanya sejak entah tahun berapa belas, Blogger berhenti ikut komentar tentang kasus viral, kalau pun bagiin kasus viral itu bakal Blogger sertai dengan pertanyaan dan bukannya ikut komentar yang sama dengan yang lain.
Memang kasusnya beda, tapi apa yang dikatakan tokoh Hiiragi di episode 10 itu sangat sesuai terutama di Indonesia---Blogger gak tahu kondisi permedsosan di Jepang sekarang---yakni tentang dalam waktu singkat (dalam dorama bilang 10 hari) opini orang tentang suatu kasus bisa berubah-ubah tergantung asupan (maksudnya berita) yang tersebar secara luas. Jika yang satu memaki, yang lain ikut memaki tanpa tahu kebenaran. Dikasih satu berita, main disebarin tanpa peduli itu benar apa enggak. Terutama di Indonesia, keadaannya memang semenyedihkan itu. Dan 'para tokoh tak berwajah' di episode 10 itu juga merajarela di Indonesia, menunjukkan betapa tidak pedulinya banyak orang tentang apa pun yang mereka taruh di sosmed---tentang apakah itu menyakiti orang lain atau enggak, pokoknya itu adalah suara hati/pikiran mereka dan itu (memang) hak mereka untuk ditaruh dimana-mana.
Sebagai serial biasa, memang seru. Terlepas dari ledakan, perkelahian, dsb yang dilakukan Hiiragi, pesan yang diberikan sangat bagus. Setidaknya inilah yang paling Blogger bisa dapatkan dari dorama ini.
- Hormati guru/pengajar. Mau formal/non-formal/semi-formal, kalau dia seorang guru/pengajar, hormati mereka, kasih respek. Mereka juga manusia. Seaneh apa pun tampangnya, selama apa yang dia ajarkan tidak melenceng, hargai mereka. Jangan sampai kamu lulus dari sekolah/sejenisnya tapi tidak punya kualitas sebagai manusia.
- Hargai orang lain. Blogger gak tahu bagaimana di agama lain, tapi di Alkitab tertulis bahwa kurang lebih, kamu harus melakukan sesuatu kepada orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Kalau kamu ingin diperlakukan baik, kamu juga harus berbuat baik. Bukan berarti tentang tidak ikhlas, tentang berbuat baik karena ada maunya, bukan itu. Tapi memang di dunia nyata, orang hanya akan berbuat baik jika dia menerima yang baik kan? Sedangkan di dorama ini, mereka terus-terusan ingin mendapat yang baik tanpa mau menabur kebaikan itu.
- Keluarkan isi hati dan pikiran, tapi pikirkan perasaan dan pikiran orang lain juga. Ada hal yang gak perlu diomongin, tapi ada hal yang harus dibicarakan juga. Di episode-episode awal, 3 orang murid dijadikan 'jawaban' atas 'pertanyaan' Hiiragi karena alasan sepele: mereka gak mau tanya atau ngomong soal isi hati. Kalau gak suka, ya ngomong, bukan teror. Kalau butuh bantuan, ngomong, bukan salahin keadaan. Tapi mungkin karena dorama ini tentang anak umur 17-18 tahun (kelas 12), jadi pemikirannya masih seperti itu.
- Bijak dalam dunia sosial media. Ini yang paling krusial, apalagi aplikasi sosmed makin banyak. Tolong ya terutama yang punya adik/keponakan/anak/cucu, kalau di pendaftaran suatu akun sosmed ada batas umur, itu diturutin, bukan dilewatin. Kalau bilang minimal 13 tahun, yaudah berarti yang handle misalkan ortunya, jangan biarin anak itu pegang tanpa pengawasan. Seperti yang Blogger bilang tentang konlusi episode 10, apa pun yang kamu taruh di sosial media itu memberikan dampak. Dampak dari kamu mungkin cuman satu, tapi jika banyak orang melakukan yang sama, dampaknya akan sangat besar.
- Jangan ikut-ikutan. Ini berkaitan dengan poin sebelumnya. Kalau kamu tahu perkataan di sosmed yang viral itu salah, jangan ikut sebarin. Kalau bisa justru yang jadi energi positif disana. Kalau takut kena hujat karena punya pandangan yang berbeda, yaudah diem aja, gak usah ikut hujat. Kalau ada berita viral, entah benar atau salah, jangan langsung bilang iya dan atau enggak tanpa tahu kebenarannya. Diskusi boleh, menghakimi sendiri jangan---apalagi menghakiminya keroyokan.
Di awal Blogger udah bilang bahwa Hiiragi meledakkan bagian di sekolah sepuluh hari menjelang kelulusan. Satu episode adalah satu hari, berarti episode 10 adalah hari kesepuluh, yang adalah hari kelulusan. 2 episode epilog itu terjadi setelah mereka berhasil keluar dari gedung sekolah, mereka siapin tas lagi di kelas, lalu ternyata Hiiragi sudah siapin kelulusan khusus buat mereka.
Nuansa 2 episode epilog ini jauh berbeda dengan beratnya 10 episode inti. Dan bagi yang gak bisa nonton film yang isinya kebanyakan ngomong, mungkin nonton 2 episode ini bakal sangat sulit. Yah, gak ditonton pun juga gak masalah, karena isinya benar hanya Hiiragi manggil satu-satu muridnya, dikasih kesan-pesan, lalu murid tersebut kasih kesan dan impian, lalu terima ijazah. Begitu terus selama 29 kali. Iya, 29, karena itu adalah total murid. Makanya Blogger bilang kalau gak kuat ya gak usah nonton, karena 2 episode epilog itu hanya menandakan bahwa murid 3A sudah berkembang selama 10 hari, dan juga Hiiragi adalah guru yang sangat sayang pada muridnya.
Omong-omong tentang 29 murid, yang Blogger senang dari serial ini adalah, setiap karakter yang muncul itu tidak muncul sia-sia. Tidak ada tokoh yang 'sekali lewat'. Semua tokoh yang punya dialog itu penting disini. Walau iya pasti ada tokoh yang ditonjolkan jauh dari yang lain, terutama dari 29 murid itu tetap masing-masing dikasih backstory walau sekilas.
Sekarang Blogger mau omongin di luar plot dorama ini. Beberapa aktor dan aktris sangat tidak asing untuk Blogger. Ada yang ternyata bener Blogger pernah nonton film lainnya, ada juga yang ternyata cuman mirip. Seperti Mei Nagano, Fuju Kamio, Rina Kawaei, Kaito Mifune, Tsuyoshi Furukawa, Mio Imada, Kippei Shiina, Kenichi Yajima. Yang pasti Blogger sih udah tahu Ryota Katayose, wong tahu serial ini dari IG dia. Tapi memang gak bisa fangirling-an di serial ini, jalan ceritanya terlalu berat, jadi harus fokus.
Aktor yang paling Blogger gak nyangka adalah Masaki Suda. Iya, di pembukaan juga sudah ada tulisan pemeran, tapi semua dalam huruf Kanji. Pemberi subtitle gak nulisin satu-satu nama aktor dan aktrisnya, dan itu gak masalah. Kembali lagi, berarti tulisan nama Masaki Suda itu juga pasti ada di pembukaan, tapi Blogger hanya bisa baca tulisan Hiragana dan Katakana, jadinya nama itu terlewatkan oleh Blogger. Itu pun Blogger baru tahu bahwa Hiiragi diperankan oleh Suda hanya gara-gara di episode 5 dia tiduran dan kacamatanya dilepas. Saat itu Blogger kaget dan mikir, "BUKANNYA DIA YANG DI KAMEN RIDER?!"
Blogger bukannya ikutin karir akting Suda, kenal nama dan muka dia pun itu dari Kamen Rider W. Setelahnya, tanpa sengaja Blogger nonton live-action High School Debut dan Ansatsu Kyoushitsu, merasa sangat gak asing dengan salah satu tokoh disana. Lalu, Blogger kan memang ikutin Death Note, dari manga dan live action (kecuali Netflix) (Blogger belum selesaiin animenya), jadi ketika nonton Death Note Light Up the New World itu Blogger tepok jidat karena nemu Suda lagi disana.
Sekali lagi, Blogger bukannya ikutin perkembangan akting Masaki Suda. Tapi karena masih inget tentang aktingnya di 3 film sebelumnya, Blogger langsung terkesima lihat akting dia disini. Memukau banget. Dan penempatan posisi dia sebagai guru di film ini juga sangat sempurna. Blogger bisa bilang sempurna karena gini:
- Dia yang paling tua. Maksudnya, semua pemeran murid kelas 3A kalau gak salah umurnya memang lebih muda dari Suda. Kan kadang ada tuh, pemeran murid ternyata seumuran atau ternyata lebih tua dari pemeran guru, karena yang penting tampangnya tua atau muda, atau berdasarkan dandanannya juga.
- Pengalamannya akting banyak. Sebelum Blogger memulai entri ini, Blogger udah cek satu-satu profil aktor dan aktris pemeran murid kelas 3A. Entah akurat atau enggak, atau mungkin situs tersebut hanya memasukkan judul yang terkenal, tapi beberapa di antara mereka melakukan debut akting di film ini. Ada juga yang ternyata ini adalah serial keberapa mereka. Tapi kalau soal jumlah judul dan pengalaman, daftar punya Suda lebih panjang. Ada satu-dua yang memang panjang juga daftarnya, mungkin kebetulan aja bisa Suda yang dapat tokoh ini.
- Aktingnya di dorama ini. Benaran. Blogger gak bilang bahwa dia sangat berkembang dari zaman KRW, Blogger juga gak bilang bahwa aktor lain terutama pemeran murid itu adalah aktor dan aktris yang payah. Tapi, akting Masaki Suda di serial ini sangat baik, dan para murid harus belajar. Entah karena skenario atau apan, tapi memang ada beberapa karakter murid di serial ini yang ekspresinya kurang. Makanya Blogger bilang, mereka harus belajar dari Suda.
waaah setelah ngubek-ngubek google akhirnya nemu review ini, I'm so happy!
BalasHapusSuka deh sama gaya penulisan kakak, runut dan pakai diksi yang gampang dimengerti.
Ohya, btw bapak detektif gunji ternyata aktor yang jadi bapak tadaomi karasuma-nya ansatsu versi live action ya 😆
Akabane Karma ketemu mantan guru nih 🙈🙈🙈