'Forever Red' adalah judul episode ke 34 Power Rangers Wild Force, episode team-up spesial dalam rangka season kesepuluh, episode team-up kedua di PRWF, sekaligus sampai saat ini adalah episode team-up terpopuler dalam sejarah Power Rangers. Iya, ada team-up keren di Operation Overdrive (ultah ke 15), Super Megaforce (ultah ke 21, yang keren cuman saat ada Ranger lawas yang buka helm, kalau dari segi cerita mah reseh) dan Super Ninja Steel (ultah ke 25), tapi memang yang paling terkenal adalah Forever Red.
Walau terkenal dan Blogger sendiri pun sangat suka, tetap saja ada satu hal yang sangat Blogger gak demen, yakni: KENAPA HANYA RANGER MERAH?
Iya, Blogger tahu 'red' artinya 'merah', jadi wajar jika dalam episode berjudul ini isinya Ranger Merah. Tapi kenapa harus yang Merah aja? Toh kalau mau pakai warna lain, entar judulnya bisa dibuat judul lain, kan?
Kalau dibilang Ranger Merah adalah Ranger terkuat dalam tim, Blogger gak setuju, karena selain Jason, Tommy, dan TJ (sebagai Red Turbo), yang lain bukanlah Ranger terkuat di tim masing-masing.
Kalau dibilang Ranger Merah adalah pemimpin tim, ini ngaco juga. Pasalnya, kepemimpinan Jason sebagai Ranger Merah Mighty Morphin sudah digeser Tommy saat dia jadi Ranger Putih. Atau yang lebih konkrit, Wes dan Eric jelas bukan pemimpin Power Rangers Time Force, yang jadi pemimpin adalah Jen---dan Blogger tidak memusingkan tentang aktor Rocky yang tidak hadir sehingga Eric-lah yang muncul. Contoh lain, Delphine adalah pemimpin, bukan Aurico.
Kalau dibilang Ranger Merah adalah Ranger sentral tiap seri, uhuk, Eric, uhuk.
Blogger gak masalah sih kalau yang diundang di episode spesial ini hanya Ranger Merah saja, tapi kenapa sampai saat ini gak ada Forever Blue/Green/Yellow/Pink/Black/White/Sixth dst? Kenapa untuk misi ini, Tommy hanya mau pakai yang warna merah?
Tommy Oliver bukan Ranger favorit Blogger sama sekali. Oh, Blogger fangirling-an parah ketika pertama kali lihat dia di Power Rangers Dino Thunder (apalagi Blogger nontonnya di saluran televisi swasta pertama kali), tapi itu tidak membuat karakter ini menjadi tokoh favorit, Blogger senang dia hanya sebatas karena nostalgia. Dibanding Tommy, Blogger lebih seneng ketika Jason muncul di Power Rangers Beast Morphers.
Kedua kali Blogger nonton Forever Red, Blogger mikir tentang 'kenapa Tommy yang jadi ketua dalam misi ini? Apa karena dia yang paling terkenal?'. Tapi ketika ketiga kalinya Blogger nonton, Blogger baru paham, yakni karena misi ini berhubungan dengan Machine Empire yang adalah musuh Power Rangers Zeo, dimana yang jadi Red Zeo adalah Tommy.
Memang ini adalah tontonan dengan target anak-anak. Tapi ketika Blogger nonton yang ketiga kalinya, selain masih lagi-lagi fangirlingan, Blogger nemuin plothole parah: GIMANA CARA MEREKA BERNAFAS DI BULAN? Hahahah, iya, mungkin ada caranya, cuman, yah, Blogger jadi kepikiran aja apalagi mereka sempat gak pake kostum Ranger saat di bulan itu (kalau pakai helm Ranger sih okelah apalagi Carter).
Dan, walau iya banyak sana-sini yang Blogger gak demen dari Forever Red, episode ini tetap menjadi salah satu favorit Blogger, karena walau CGI soal Serpentera bikin nangis tapi episode ini orisinil PR, dan ada banyak referensi tentang season-season sebelumnya apalagi era Zordon. Seperti ada Bulk dan Skull, Astro Megaship, Mirinoi, dan yang paling Blogger suka sebenarnya adalah di bagian akhir banget saat sepuluh Ranger mau pencar pulang, masing-masing ngomong sekalimat tentang saat mereka jadi Ranger---itu nostalgia parah, dan orang yang hanya sekedar nonton loncat-loncat gak bakal paham.
Kamis, 31 Oktober 2019
Selasa, 29 Oktober 2019
Takdir dari Tatsuya Asami dan Wesley Collins
Di entri ini sebenernya Blogger bukan cuman mau fokus ke dua episode Mirai Sentai Timeranger ini, melainkan hampir keseluruhan serial Timeranger ditambah Power Rangers Time Force. Tapi memang baru 'panas' dalam otak gara-gara episode 43 dan 44 Timeranger, padahal dua episode ini bukan 2 part gitu ya, hanya kebetulan memang nyambung.
Inti dari dua episode ini (bersama counterpartnya) adalah tentang Ryuuya (dan Alex) datang ke tahun 2000 (PR 2001) untuk nyusul Ranger lainnya, memastikan bahwa tahun 2000 tidak berubah alur agar masa depan tidak menjadi kacau, memastikan bahwa Tatsuya (PR Wes) tetap menjadi penerus ayahnya agar masa depan tidak berubah. Blogger paham tujuan Ryuuya dan Alex, Blogger paham jika ada perubahan di masa lalunya mereka maka akan berpengaruh pada masanya mereka. Tapi mereka melulu ngomong seakan Tatsuya dan Wes gak boleh punya pilihan sendiri, harus ikut perkataan 'orang dari masa depan'.
Tatsuya dan Wes, walau kepribadian mereka cukup berbeda, tapi mereka sama-sama berjuang untuk masa depan sendiri, tidak ingin terikat dengan nama marga mereka. Ketika mereka bergabung dengan 4 Ranger dari masa depan, mereka masih berusaha untuk menjadi diri sendiri tanpa embel-embel keluarga mereka. Tapi Ryuuya dan Alex semena-mena ngatur jalan hidup mereka (yang paling parah Ryuuya sih). Sekali pun sekali lagi Blogger paham bahwa perubahan pada keluarga Asami dan Collins pada tahun 2000-2001 akan berpengaruh pada orang tahun 3000-3001 ketika mereka balik, tetap saja itu terkesan egois. Memang, jika Tatsuya dan Wes ngotot tentang jalan hidupnya maka tahun 3000-3001 yang merupakan waktu teman-temannya menjadi berubah. Tatsuya dan Wes jelas sangat peduli dengan teman-temannya sehingga mau melakukan apa pun untuk menolong. Tapi Tatsuya dan Wes juga adalah manusia yang punya kehendak bebas. 'Masa depan' tempat Tatsuya dan Wes sudah gak ada lagi itu mungkin akan berubah, tapi masa depannya mereka tetap di tangan mereka dan bukan di tangan orang tahun 3000-3001.
Sesuai kata Wes, bahwa takdir tidak tertulis di atas batu. Di tahun 3000-3001, takdir Tatsuya dan Wes mungkin sudah tercatat sebagai sejarah. Tapi di tahun 2000-2001, takdir mereka masih belum selesai, masih harus mereka jalani sendiri.
Omong-omong, Alex enggak sengotot Ryuuya ya, karena Alex hanya gak ingin banyak perubahan di tahun 3001. Sedangkan Ryuuya atur ini-itu untuk kepentingan pribadi, makanya bisa ngotot banget.
Inti dari dua episode ini (bersama counterpartnya) adalah tentang Ryuuya (dan Alex) datang ke tahun 2000 (PR 2001) untuk nyusul Ranger lainnya, memastikan bahwa tahun 2000 tidak berubah alur agar masa depan tidak menjadi kacau, memastikan bahwa Tatsuya (PR Wes) tetap menjadi penerus ayahnya agar masa depan tidak berubah. Blogger paham tujuan Ryuuya dan Alex, Blogger paham jika ada perubahan di masa lalunya mereka maka akan berpengaruh pada masanya mereka. Tapi mereka melulu ngomong seakan Tatsuya dan Wes gak boleh punya pilihan sendiri, harus ikut perkataan 'orang dari masa depan'.
Tatsuya dan Wes, walau kepribadian mereka cukup berbeda, tapi mereka sama-sama berjuang untuk masa depan sendiri, tidak ingin terikat dengan nama marga mereka. Ketika mereka bergabung dengan 4 Ranger dari masa depan, mereka masih berusaha untuk menjadi diri sendiri tanpa embel-embel keluarga mereka. Tapi Ryuuya dan Alex semena-mena ngatur jalan hidup mereka (yang paling parah Ryuuya sih). Sekali pun sekali lagi Blogger paham bahwa perubahan pada keluarga Asami dan Collins pada tahun 2000-2001 akan berpengaruh pada orang tahun 3000-3001 ketika mereka balik, tetap saja itu terkesan egois. Memang, jika Tatsuya dan Wes ngotot tentang jalan hidupnya maka tahun 3000-3001 yang merupakan waktu teman-temannya menjadi berubah. Tatsuya dan Wes jelas sangat peduli dengan teman-temannya sehingga mau melakukan apa pun untuk menolong. Tapi Tatsuya dan Wes juga adalah manusia yang punya kehendak bebas. 'Masa depan' tempat Tatsuya dan Wes sudah gak ada lagi itu mungkin akan berubah, tapi masa depannya mereka tetap di tangan mereka dan bukan di tangan orang tahun 3000-3001.
Sesuai kata Wes, bahwa takdir tidak tertulis di atas batu. Di tahun 3000-3001, takdir Tatsuya dan Wes mungkin sudah tercatat sebagai sejarah. Tapi di tahun 2000-2001, takdir mereka masih belum selesai, masih harus mereka jalani sendiri.
Omong-omong, Alex enggak sengotot Ryuuya ya, karena Alex hanya gak ingin banyak perubahan di tahun 3001. Sedangkan Ryuuya atur ini-itu untuk kepentingan pribadi, makanya bisa ngotot banget.
Senin, 28 Oktober 2019
Boruto episode 130
Sangat banyak fanservice bagi penikmat serial Naruto di episode ini, karena para Genin kecuali Sasuke bermunculan. Dan karena tampaknya sepanjang episode ini lebih mengarah pada penarikan minat penonton serial Naruto, jadi alurnya gak begitu ada, karena toh memang dari episode kemarin sudah dibilang Urashiki belum sampai.
Hanya saja, Boruto mulutnya ember luar biasa. Sudah dibilang di episode lalu bahwa apa pun yang mereka lakukan dan katakan pada orang-orang yang mereka temui di era tersebut bisa berpengaruh pada masa depan. Tapi toh ya anak satu itu nyerocos terus tentang masa depan walau dia gak ngomong bahwa yang dia katakan itu dari masa yang akan datang. Yang paling parah mungkin ketika mereka ketemu Kaminarimon.
Padahal Blogger sangat menantikan adegan yang lebih seru ketika Boruto ketemu Konohamaru, tapi yah kenyataannya Konohamaru di umur segitu ya masih seperti itu. Blogger juga mengharapkan adegan menyesakkan tentang Boruto yang akhirnya tahu tentang masa lalu Sasuke, tapi di episode ini hanya seperti angin lalu.
Episode ini ditutup dengan tibanya Urashiki. Blogger penasaran apakah nantinya Boruto dan Sasuke bakal ngaku mereka dari masa depan atau enggak. Dan ketika Arc ini kelar, bagaimana dengan ingatan para tokoh penting di era itu? Maksudnya, Boruto itu hanya satu generasi di bawah angkatan Naruto, berarti seharusnya orang-orang di masa depan (era Boruto datang) itu masih ingat tentang sosok seorang Boruto kan?
Hanya saja, Boruto mulutnya ember luar biasa. Sudah dibilang di episode lalu bahwa apa pun yang mereka lakukan dan katakan pada orang-orang yang mereka temui di era tersebut bisa berpengaruh pada masa depan. Tapi toh ya anak satu itu nyerocos terus tentang masa depan walau dia gak ngomong bahwa yang dia katakan itu dari masa yang akan datang. Yang paling parah mungkin ketika mereka ketemu Kaminarimon.
Padahal Blogger sangat menantikan adegan yang lebih seru ketika Boruto ketemu Konohamaru, tapi yah kenyataannya Konohamaru di umur segitu ya masih seperti itu. Blogger juga mengharapkan adegan menyesakkan tentang Boruto yang akhirnya tahu tentang masa lalu Sasuke, tapi di episode ini hanya seperti angin lalu.
Episode ini ditutup dengan tibanya Urashiki. Blogger penasaran apakah nantinya Boruto dan Sasuke bakal ngaku mereka dari masa depan atau enggak. Dan ketika Arc ini kelar, bagaimana dengan ingatan para tokoh penting di era itu? Maksudnya, Boruto itu hanya satu generasi di bawah angkatan Naruto, berarti seharusnya orang-orang di masa depan (era Boruto datang) itu masih ingat tentang sosok seorang Boruto kan?
Minggu, 27 Oktober 2019
Reinforcements from the Future
Itu judul episode 24 dan 25 di Power Rangers Wild Force, episode team-up dengan Power Ranger Time Force. Beda dengan season sebelumnya, kali ini episode team-upnya kembali menjadi 2 episode. Kalau Blogger mau mikir jelek, maka Blogger akan bilang karena PRTF dianak-emaskan sebab sampai sekarang di kalangan fans pun begitu. Tapi dibanding crossover PRTF x PRLR kemarin, team-up kali ini jauh lebih bagus: alurnya ada, jalan ceritanya jelas, karakter PRTF muncul tidak tampak maksa, dan menciptakan shipping baru walau ke-canon-annya dipertanyakan. Ada plothole kecil-kecil Blogger temukan, tapi okelah. Kalau ternyata ada plothole besar yang Blogger kelewat, mungkin karena Blogger terlalu menikmati.
Episode 24, berarti bagian pertama, awal pertemuan (gak disengaja) antara Taylor dan Eric terjadi. Disitu plothole kecilnya udah ada, tentang berarti Silver Guardian ada di sekitar tempat-tempat yang biasa didatangi tim Wild Force, tapi kok sepertinya Taylor tampak tidak tahu-menahu soal mereka serta tentang Wes dan Eric (Blogger gak ngomong soal kedua cowok itu adalah Ranger). Dan, masih dengan pemikiran yang sama, jika Silver Guardian berpatroli disana, mereka kemana saat Org muncul selama season ini? Mungkin ada penjelasannya tapi Blogger kelewat.
Mungkin karena dibagi jadi dua bagian, karakter PRTF tidak langsung dimunculkan plek begitu untuk bareng dengan tim PRWF. Sudah muncul, tapi belum gabung disana barengan. Bahkan Blogger cukup senang karena kelanjutan hidup Nadira dan Ransik diperlihatkan, ada penjelasan singkatnya, bahkan mereka ikut berperan dalam team-up ini sebagai allies. Yah, soal Ransik mungkin karena memang musuh mereka di episode ini bisa ada karena Ransik. Tapi, Blogger seneng dengan akhir episode 25.
Love/hate relationship antara Taylor dan Eric itu menarik. Gini, biasanya kalau ada percikan asmara antar Ranger atau dengan tokoh lain, itu hanya untuk di season tertentu saja. Sedangkan kali ini, mereka ada di tim yang berbeda: Taylor dari PRWF, Eric dari PRTF. Benci memang gak jauh dari cinta. Memang gak jelas apakah setelahnya mereka jalan bareng atau enggak, tapi percikannya ada, dan Kreator seakan cengin mereka di akhir episode 25. Gapapalah, seenggaknya Eric gak usah gabung ke klub jomblonya Alex di masa depan.
Dari team-up PRLG x PRiS, PRLR x PRLG, PRTF x PRLR, menurut Blogger PRWF x PRTF inilah yang eksekusinya paling baik. Lost Galaxy dengan In Space itu menang di hati penonton karena gak terduga, Lightspeed dengan Lost Galaxy itu eksekusinya kurang greget, Time Force dengan Lightspeed hanya menang karena all-out dan keeksklusifannya, sedangkan Wild Force dengan Time Force ini sangat baik untuk alurnya.
Episode 24, berarti bagian pertama, awal pertemuan (gak disengaja) antara Taylor dan Eric terjadi. Disitu plothole kecilnya udah ada, tentang berarti Silver Guardian ada di sekitar tempat-tempat yang biasa didatangi tim Wild Force, tapi kok sepertinya Taylor tampak tidak tahu-menahu soal mereka serta tentang Wes dan Eric (Blogger gak ngomong soal kedua cowok itu adalah Ranger). Dan, masih dengan pemikiran yang sama, jika Silver Guardian berpatroli disana, mereka kemana saat Org muncul selama season ini? Mungkin ada penjelasannya tapi Blogger kelewat.
Mungkin karena dibagi jadi dua bagian, karakter PRTF tidak langsung dimunculkan plek begitu untuk bareng dengan tim PRWF. Sudah muncul, tapi belum gabung disana barengan. Bahkan Blogger cukup senang karena kelanjutan hidup Nadira dan Ransik diperlihatkan, ada penjelasan singkatnya, bahkan mereka ikut berperan dalam team-up ini sebagai allies. Yah, soal Ransik mungkin karena memang musuh mereka di episode ini bisa ada karena Ransik. Tapi, Blogger seneng dengan akhir episode 25.
Love/hate relationship antara Taylor dan Eric itu menarik. Gini, biasanya kalau ada percikan asmara antar Ranger atau dengan tokoh lain, itu hanya untuk di season tertentu saja. Sedangkan kali ini, mereka ada di tim yang berbeda: Taylor dari PRWF, Eric dari PRTF. Benci memang gak jauh dari cinta. Memang gak jelas apakah setelahnya mereka jalan bareng atau enggak, tapi percikannya ada, dan Kreator seakan cengin mereka di akhir episode 25. Gapapalah, seenggaknya Eric gak usah gabung ke klub jomblonya Alex di masa depan.
Dari team-up PRLG x PRiS, PRLR x PRLG, PRTF x PRLR, menurut Blogger PRWF x PRTF inilah yang eksekusinya paling baik. Lost Galaxy dengan In Space itu menang di hati penonton karena gak terduga, Lightspeed dengan Lost Galaxy itu eksekusinya kurang greget, Time Force dengan Lightspeed hanya menang karena all-out dan keeksklusifannya, sedangkan Wild Force dengan Time Force ini sangat baik untuk alurnya.
Kamis, 24 Oktober 2019
Maleficent 2: Red Wedding versi Disney
Kamu tahu Red Wedding? Itu loh, pernikahan yang semuanya serba merah: gaun, jas, dekorasi, dll.
Erm, enggak, entri ini bukan omongin Red Wedding yang itu, melainkan adegan ikonik dari serial Game of Thrones. Jadi adegan ini isinya-----
Oke ini spoiler banget. Walau episodenya ada di season 3, belum setengah seluruh season, tetap aja.
Udah dikasih peringatan loh ya.
Jadi intinya, Red Wedding yang terkenal di GoT itu tentang pembantaian saat pernikahan A dengan B. Tuan rumahnya ada di pihak perempuan A. Aula tempat A dan B menikah tiba-tiba dikunci, alias tamu dari B terkurung di dalam. Pada saat itulah pembantaian pihak B terjadi oleh pihak A, yang sedang di luar ruangan pun kena imbas juga. Makanya disebut Red Wedding.
Tadi siang Blogger nonton Maleficent: Mistress of Evil, dan Blogger kaget sendiri karena Disney membuat Red Wedding versi mereka. Tapi, yah, namanya juga Disney, pembantaian yang dilakukan gak sekasar seperti GoT, dan gak ada darah juga karena yang dibantai adalah para peri.
Uhuk spoiler lagi uhuk.
Dari awal kemunculannya, Blogger langsung gak suka Ingrith dan Gerda. Jangan salah, Blogger gak dapat spoiler sama sekali sebelum nonton, paling banter cuman cari kalau ada adegan setelah credit. Tapi iya, Blogger bahkan gak nonton teaser, trailer, bahkan baca sinopsisnya sama sekali. Blogger memutuskan untuk nonton ini benar-benar hanya karena ini sekuel dari film pertamanya. Jadi ketika nonton, walau mikir Ingrith cantik dan Gerda keren, tetap saja Blogger tahu gak suka dengan tokoh mereka.
Blogger turut merasakan kekecewaan Maleficent ketika Aurora memintanya tutupin tanduk. Blogger paham, jadi biar warga dan orang istana gak merasa terlalu risih saat lihat. Tapi gini, tanduk (dan sayap) itu merupakan bagian dari jati diri seorang Maleficent. Jadi jika Aurora, orang yang sangat disayanginya, minta untuk tutupin hal itu, rasanya seperti Aurora malu akan Maleficent---walaupun mungkin Aurora bukan malu.
Makanya Blogger mikir 'sukurin lu!' saat Aurora yang dengan senangnya pamerin gaun karya peri di hadapan Ingrith lalu memaksakan diri untuk memutuskan pakai gaun BEKAS Ingrith.
Kemudian saat makan malam di istana. Wajar jika mereka tidak tahu bahwa kaum peri musuhan dengan besi. Tapi toh ya kasih gantinya gitu loh, masak disuruh pakai tangan? Dan Aurora sama sekali tampak gak peduli ke depannya.
Gini ya, jangan membuat orang seneng dengan versi kepura-puraan. Kalau mereka gak suka diri lu apa adanya, berarti ya begitu saja. Selama sebenarnya tidak buruk, jangan berubah hanya demi orang lain, apalagi sok menjadi yang orang lain harapkan padahal berkebalikan dengan aslinya elu.
Maleficent adalah tokoh antagonis Disney klasik favorit Blogger. Kenapa?
Karena tidak ada jaminan bahwa dia memang jahat. Loh, dia kutuk bayi yang belum lama lahir, kan? Iya, tapi dia melakukan itu karena marah.
Yes. Blogger gak tahu versi lain, tapi Blogger sedang omongin versi Disney: Maleficent mengutuk Aurora karena dia tidak diundang saat pembaptisan.
Ini kekanakan banget sih, cuman gara-gara gak diundang, langsung baper kayak gitu. Tapi bagaimana pun, alasan kenapa kutukan itu dilontarkan yang karena itu. Memang tidak ada jaminan bahwa jika dari awal Maleficent diundang maka Aurora akan selamat, tapi sekali lagi, Aurora kena kutuk karena Maleficent tidak diundang. Jadi, sebenarnya dengan mengenyampingkan kekesalan Maleficent yang gak diundang, gak ada jaminan bahwa dia adalah pribadi yang jahat.
Apalagi di live-action ini. Yah, mungkin karena dianya yang jadi tokoh utama, makanya dibuat jadi dia punya alasan kenapa sampai balas dendam begitu, dan ini bukan lagi hal kekanakan sebangsa 'gak diundang'.
Sebaliknya, Aurora adalah putri Disney klasik yang Blogger gak suka. Kenapa?
Totally useless, for real.
Mau di kartun, mau di live action (Maleficent), sama aja. Kontribusinya dalam film ini hanyalah menjadi subyek kutukan Maleficent. Dia gak bisa apa-apa.
Kesalahan terbesar Maleficent pada Aurora adalah menjadikan ratu di Moors, seperti yang dikatakan di film kedua ini. Mungkin maksud Maleficent biar ini menjadi langkah awal Moor dan dunia manusia kerjasama. Tapi, Aurora adalah satu-satunya manusia di Moors, yang lain adalah peri. Aurora tidak mengerti sepenuhnya lahir-batin tentang kehidupan peri, makanya peri membutuhkan sesama peri untuk memimpin mereka.
Di film kedua ini Blogger makin gak suka dengan Aurora. Sudah menginginkan agar Maleficent bersikap baik di saat Ingrith terus nyerang (lewat kata-kata), lalu dia dengan mudahnya nuduh saat John kena kutuk. Oke tunggu, siapa pun tokoh disana pasti langsung mikir bahwa Maleficent-lah pelakunya, tapi adegan itu menunjukan betapa tipisnya rasa percaya Aurora pada peri yang dianggap sebagai ibunya.
Ketika Lickspittle membuat serbuk merah dan diujicoba, Blogger langsung tahu bahwa Ingrith akan berhenti serang peri dengan butiran besi. Saat Gerda mengumumkan agar warga Moors semua hadir dalam pernikahan, Blogger tahu serbuk merah itu bakal disemprot saat itu. Tapi Blogger gak nyangka semprotnya ketika seluruh warga Moors dalam kapel, pikir cuman serang lewat udara karena toh serbuk itu gak ngaruh apa-apa ke manusia.
Lalu Red Wedding pun terjadi. Ketika Moors datang dan dipersilakan masuk wilayah istana tapi manusia dilarang masuk, Blogger belum terlalu ngeh. Tapi ketika yang di dalam kapel hanya para peri, Blogger baru kepikiran bahwa serbuk itu bakal disemprot di dalam ruangan saja. Eh, eh, eh, sampai pintunya ditahan dari luar, beneran deh. Lalu Gerda masuk dan main organ, ternyata serbuknya disemprot tiap kali dia pencet tuts yang sudah disiapkan, jadi serbuknya keluar dari pipa organ. Dan karena serbuknya warna merah lalu banyak peri yang tumbang, makanya ini jadi seperti Red Wedding, tapi versi Disney, jadi gak ada darah.
Omong-omong, Blogger gak nyangka bahwa Flittle akan melakukan hal seheroik itu. Lalu, Blogger kecewa karena adegan Gerda jatuh malah dipotong dan ganti ke adegan lain, padahal kalau sampai bener jatuh dan dikonfirmasi tewas (dalam film) Blogger pasti langsung teriak kesenangan.
Tentang Maleficent menjadi phoenix, Blogger gak akan bilang itu klise. Bagian yang klise adalah tokoh utama bangkit dari kematian, jadi kayak mati suri gitu, lagian walau tampak menyakitkan tapi kok gampang banget dia kena bunuhnya. Jadi untunglah di pertengahan sudah ada omongan tentang phoenix, penonton yang tahu tentang makhluk mitologi (?) ini bakal gak merasa aneh karena burung phoenix itu lahir kembali dari abunya. Tapi bahkan mama Blogger yang sebenernya gak tahu-menahu tentang mitologi ini tetap bisa tahu berkat film Harry Potter and the Chamber of Secrets.
Blogger sangat berharap Ingrith mati. Karena, di film pertama, mereka mau bikin Stefan mati karena dijatuhin Maleficent. Kenapa di film ini gak sekalian Ingrith-nya?
Omong-omong, adegan Ingrith dorong Aurora itu, sudah ketahuan bahwa dia bakal kalah. Iyalah, itu adalah tindakan yang paling mudah jika sudah gak ada rencana apa-apa lagi.
Bagian pernikahan Aurora dengan Phillip, Blogger sangat senang karena ada adegan dari kartun, yakni ketika para peri berebutan gonta-ganti warna gaun Aurora. Tidak sama persis dengan kartun, tapi yang pernah nonton kartunnya akan tahu referensi ini.
Pantasan Blogger gak merasa asing dengan wajah tokoh Borra, ternyata aktornya pernah main jadi Daario Naharis di season 3 GoT! Iya, Blogger sampe gugling saking penasarannya.
Katanya belum ada omongan tentang film ketiga ya? Blogger pikir gak usah lah. Walau Blogger sangat senang karena salah satu antagonis klasik favorit Blogger dijadikan film sendiri, tapi kalau memang sudah tidak ada konflik ya jangan dipaksa berputar-putar, bakal ketahuan kalau mereka cuman mau panen duitnya. Film pertama sudah konflik dengan orangtua Aurora sekaligus penyebab kenapa Maleficent dianggap antagonis. Film kedua sudah konflik dengan orangtua Phillip sekaligus fakta bahwa kawanannya Maleficent masih ada. Berarti kalau dipaksakan, nanti konflik selanjutnya itu berhubungan dengan kawanan Dark Fey dan pembaptisan anak Aurora-Phillip, kan? Muter lagi berarti. Atau mungkin Ingrith bakal balas dendam (lagi) karena belum ada cerita yang pasti tentang saudaranya yang dipercaya mati di tangan peri? Hmmm.
Kacau, Blogger masih sangat nge-ship Aurora dengan Diaval.
Erm, enggak, entri ini bukan omongin Red Wedding yang itu, melainkan adegan ikonik dari serial Game of Thrones. Jadi adegan ini isinya-----
Oke ini spoiler banget. Walau episodenya ada di season 3, belum setengah seluruh season, tetap aja.
Udah dikasih peringatan loh ya.
Jadi intinya, Red Wedding yang terkenal di GoT itu tentang pembantaian saat pernikahan A dengan B. Tuan rumahnya ada di pihak perempuan A. Aula tempat A dan B menikah tiba-tiba dikunci, alias tamu dari B terkurung di dalam. Pada saat itulah pembantaian pihak B terjadi oleh pihak A, yang sedang di luar ruangan pun kena imbas juga. Makanya disebut Red Wedding.
Tadi siang Blogger nonton Maleficent: Mistress of Evil, dan Blogger kaget sendiri karena Disney membuat Red Wedding versi mereka. Tapi, yah, namanya juga Disney, pembantaian yang dilakukan gak sekasar seperti GoT, dan gak ada darah juga karena yang dibantai adalah para peri.
Uhuk spoiler lagi uhuk.
Dari awal kemunculannya, Blogger langsung gak suka Ingrith dan Gerda. Jangan salah, Blogger gak dapat spoiler sama sekali sebelum nonton, paling banter cuman cari kalau ada adegan setelah credit. Tapi iya, Blogger bahkan gak nonton teaser, trailer, bahkan baca sinopsisnya sama sekali. Blogger memutuskan untuk nonton ini benar-benar hanya karena ini sekuel dari film pertamanya. Jadi ketika nonton, walau mikir Ingrith cantik dan Gerda keren, tetap saja Blogger tahu gak suka dengan tokoh mereka.
Blogger turut merasakan kekecewaan Maleficent ketika Aurora memintanya tutupin tanduk. Blogger paham, jadi biar warga dan orang istana gak merasa terlalu risih saat lihat. Tapi gini, tanduk (dan sayap) itu merupakan bagian dari jati diri seorang Maleficent. Jadi jika Aurora, orang yang sangat disayanginya, minta untuk tutupin hal itu, rasanya seperti Aurora malu akan Maleficent---walaupun mungkin Aurora bukan malu.
Makanya Blogger mikir 'sukurin lu!' saat Aurora yang dengan senangnya pamerin gaun karya peri di hadapan Ingrith lalu memaksakan diri untuk memutuskan pakai gaun BEKAS Ingrith.
Kemudian saat makan malam di istana. Wajar jika mereka tidak tahu bahwa kaum peri musuhan dengan besi. Tapi toh ya kasih gantinya gitu loh, masak disuruh pakai tangan? Dan Aurora sama sekali tampak gak peduli ke depannya.
Gini ya, jangan membuat orang seneng dengan versi kepura-puraan. Kalau mereka gak suka diri lu apa adanya, berarti ya begitu saja. Selama sebenarnya tidak buruk, jangan berubah hanya demi orang lain, apalagi sok menjadi yang orang lain harapkan padahal berkebalikan dengan aslinya elu.
Maleficent adalah tokoh antagonis Disney klasik favorit Blogger. Kenapa?
Karena tidak ada jaminan bahwa dia memang jahat. Loh, dia kutuk bayi yang belum lama lahir, kan? Iya, tapi dia melakukan itu karena marah.
Yes. Blogger gak tahu versi lain, tapi Blogger sedang omongin versi Disney: Maleficent mengutuk Aurora karena dia tidak diundang saat pembaptisan.
Ini kekanakan banget sih, cuman gara-gara gak diundang, langsung baper kayak gitu. Tapi bagaimana pun, alasan kenapa kutukan itu dilontarkan yang karena itu. Memang tidak ada jaminan bahwa jika dari awal Maleficent diundang maka Aurora akan selamat, tapi sekali lagi, Aurora kena kutuk karena Maleficent tidak diundang. Jadi, sebenarnya dengan mengenyampingkan kekesalan Maleficent yang gak diundang, gak ada jaminan bahwa dia adalah pribadi yang jahat.
Apalagi di live-action ini. Yah, mungkin karena dianya yang jadi tokoh utama, makanya dibuat jadi dia punya alasan kenapa sampai balas dendam begitu, dan ini bukan lagi hal kekanakan sebangsa 'gak diundang'.
Sebaliknya, Aurora adalah putri Disney klasik yang Blogger gak suka. Kenapa?
Totally useless, for real.
Mau di kartun, mau di live action (Maleficent), sama aja. Kontribusinya dalam film ini hanyalah menjadi subyek kutukan Maleficent. Dia gak bisa apa-apa.
Kesalahan terbesar Maleficent pada Aurora adalah menjadikan ratu di Moors, seperti yang dikatakan di film kedua ini. Mungkin maksud Maleficent biar ini menjadi langkah awal Moor dan dunia manusia kerjasama. Tapi, Aurora adalah satu-satunya manusia di Moors, yang lain adalah peri. Aurora tidak mengerti sepenuhnya lahir-batin tentang kehidupan peri, makanya peri membutuhkan sesama peri untuk memimpin mereka.
Di film kedua ini Blogger makin gak suka dengan Aurora. Sudah menginginkan agar Maleficent bersikap baik di saat Ingrith terus nyerang (lewat kata-kata), lalu dia dengan mudahnya nuduh saat John kena kutuk. Oke tunggu, siapa pun tokoh disana pasti langsung mikir bahwa Maleficent-lah pelakunya, tapi adegan itu menunjukan betapa tipisnya rasa percaya Aurora pada peri yang dianggap sebagai ibunya.
Ketika Lickspittle membuat serbuk merah dan diujicoba, Blogger langsung tahu bahwa Ingrith akan berhenti serang peri dengan butiran besi. Saat Gerda mengumumkan agar warga Moors semua hadir dalam pernikahan, Blogger tahu serbuk merah itu bakal disemprot saat itu. Tapi Blogger gak nyangka semprotnya ketika seluruh warga Moors dalam kapel, pikir cuman serang lewat udara karena toh serbuk itu gak ngaruh apa-apa ke manusia.
Lalu Red Wedding pun terjadi. Ketika Moors datang dan dipersilakan masuk wilayah istana tapi manusia dilarang masuk, Blogger belum terlalu ngeh. Tapi ketika yang di dalam kapel hanya para peri, Blogger baru kepikiran bahwa serbuk itu bakal disemprot di dalam ruangan saja. Eh, eh, eh, sampai pintunya ditahan dari luar, beneran deh. Lalu Gerda masuk dan main organ, ternyata serbuknya disemprot tiap kali dia pencet tuts yang sudah disiapkan, jadi serbuknya keluar dari pipa organ. Dan karena serbuknya warna merah lalu banyak peri yang tumbang, makanya ini jadi seperti Red Wedding, tapi versi Disney, jadi gak ada darah.
Omong-omong, Blogger gak nyangka bahwa Flittle akan melakukan hal seheroik itu. Lalu, Blogger kecewa karena adegan Gerda jatuh malah dipotong dan ganti ke adegan lain, padahal kalau sampai bener jatuh dan dikonfirmasi tewas (dalam film) Blogger pasti langsung teriak kesenangan.
Tentang Maleficent menjadi phoenix, Blogger gak akan bilang itu klise. Bagian yang klise adalah tokoh utama bangkit dari kematian, jadi kayak mati suri gitu, lagian walau tampak menyakitkan tapi kok gampang banget dia kena bunuhnya. Jadi untunglah di pertengahan sudah ada omongan tentang phoenix, penonton yang tahu tentang makhluk mitologi (?) ini bakal gak merasa aneh karena burung phoenix itu lahir kembali dari abunya. Tapi bahkan mama Blogger yang sebenernya gak tahu-menahu tentang mitologi ini tetap bisa tahu berkat film Harry Potter and the Chamber of Secrets.
Blogger sangat berharap Ingrith mati. Karena, di film pertama, mereka mau bikin Stefan mati karena dijatuhin Maleficent. Kenapa di film ini gak sekalian Ingrith-nya?
Omong-omong, adegan Ingrith dorong Aurora itu, sudah ketahuan bahwa dia bakal kalah. Iyalah, itu adalah tindakan yang paling mudah jika sudah gak ada rencana apa-apa lagi.
Bagian pernikahan Aurora dengan Phillip, Blogger sangat senang karena ada adegan dari kartun, yakni ketika para peri berebutan gonta-ganti warna gaun Aurora. Tidak sama persis dengan kartun, tapi yang pernah nonton kartunnya akan tahu referensi ini.
Pantasan Blogger gak merasa asing dengan wajah tokoh Borra, ternyata aktornya pernah main jadi Daario Naharis di season 3 GoT! Iya, Blogger sampe gugling saking penasarannya.
Katanya belum ada omongan tentang film ketiga ya? Blogger pikir gak usah lah. Walau Blogger sangat senang karena salah satu antagonis klasik favorit Blogger dijadikan film sendiri, tapi kalau memang sudah tidak ada konflik ya jangan dipaksa berputar-putar, bakal ketahuan kalau mereka cuman mau panen duitnya. Film pertama sudah konflik dengan orangtua Aurora sekaligus penyebab kenapa Maleficent dianggap antagonis. Film kedua sudah konflik dengan orangtua Phillip sekaligus fakta bahwa kawanannya Maleficent masih ada. Berarti kalau dipaksakan, nanti konflik selanjutnya itu berhubungan dengan kawanan Dark Fey dan pembaptisan anak Aurora-Phillip, kan? Muter lagi berarti. Atau mungkin Ingrith bakal balas dendam (lagi) karena belum ada cerita yang pasti tentang saudaranya yang dipercaya mati di tangan peri? Hmmm.
Kacau, Blogger masih sangat nge-ship Aurora dengan Diaval.
Senin, 21 Oktober 2019
Boruto episode 129
Episode ini alurnya sangat lambat menurut Blogger. Oke, iya, ternyata mereka masuk ke masa lalu di hari yang kecepatan dibanding Urashiki, jadi jelas gak bakal ada pertarungan atau apa pun berhubungan dengan plot utama. Apalagi karena Boruto dan Sasuke baru banget tiba di masa lalu, jadi pasti ya ada semacam kecurigaan dari Hokage, kemudian ketemu dengan orang-orang di masa lalu---sampai episode depan pun tampaknya masih tentang Boruto yang ketemu dengan angkatan bapaknya zaman mereka umur 12 tahun.
Boruto dan Naruto benar-benar mirip luar-dalam, dan episode ini cukup membuktikan ketika mereka ketabrak di awal. Hubungan antara Naruto-Jiraiya cukup membuat Blogger geli dan senang sendiri. Karena, yah, salah satu percakapan mereka itu hampir sama persis dengan yang terjadi pada Boruto dan Naruto sebelum Boruto terdampar di masa lalu.
Lewat episode ini, Blogger berharap Boruto akan lebih memahami ayahnya. Gini, Boruto tahu kok, kalau bapaknya itu gak punya orangtua sejak kecil, tapi ya dia hanya tahu begitu saja. Sedangkan sekarang, Boruto di masa lalu ini ikut Naruto versi 12 tahun ke apartemennya. Di situ kontras banget loh, ya bangunannya, ya kondisi dalam rumah. Blogger berharap pengetahuan Boruto tentang keyatimpiatuan bapaknya tidak lagi hanya sekedar wacana, tapi mulai memahami karena dia sudah melihat sendiri lingkungan tinggal bapaknya zaman seumurnya.
Mungkin cuman perasaan Blogger, tapi mungkin memang ketika Urashiki belum mendarat ini, sepertinya memang banyak fanservice untuk penikmat serial Naruto. Makanya banyak meme tentang penggemar Naruto yang gak suka Boruto tapi mendadak pengen nonton Boruto gara-gara lihat akhir episode 128 itu tentang Boruto dan Sasuke terjebak di masa lalu alias zaman Naruto masih 12 tahun.
Buat episode depan, Blogger berharap timelinenya diperjelas. Seperti, apakah saat itu tim Shikamaru sudah pergi kejar Sasuke atau belum (sepertinya belum, tapi mungkin Blogger salah paham).
WAH BLOGGER LUPA KALAU BORUTO MUNGKIN BAKAL KETEMU KONOHAMARU VERSI MINI!!
Boruto dan Naruto benar-benar mirip luar-dalam, dan episode ini cukup membuktikan ketika mereka ketabrak di awal. Hubungan antara Naruto-Jiraiya cukup membuat Blogger geli dan senang sendiri. Karena, yah, salah satu percakapan mereka itu hampir sama persis dengan yang terjadi pada Boruto dan Naruto sebelum Boruto terdampar di masa lalu.
Lewat episode ini, Blogger berharap Boruto akan lebih memahami ayahnya. Gini, Boruto tahu kok, kalau bapaknya itu gak punya orangtua sejak kecil, tapi ya dia hanya tahu begitu saja. Sedangkan sekarang, Boruto di masa lalu ini ikut Naruto versi 12 tahun ke apartemennya. Di situ kontras banget loh, ya bangunannya, ya kondisi dalam rumah. Blogger berharap pengetahuan Boruto tentang keyatimpiatuan bapaknya tidak lagi hanya sekedar wacana, tapi mulai memahami karena dia sudah melihat sendiri lingkungan tinggal bapaknya zaman seumurnya.
Mungkin cuman perasaan Blogger, tapi mungkin memang ketika Urashiki belum mendarat ini, sepertinya memang banyak fanservice untuk penikmat serial Naruto. Makanya banyak meme tentang penggemar Naruto yang gak suka Boruto tapi mendadak pengen nonton Boruto gara-gara lihat akhir episode 128 itu tentang Boruto dan Sasuke terjebak di masa lalu alias zaman Naruto masih 12 tahun.
Buat episode depan, Blogger berharap timelinenya diperjelas. Seperti, apakah saat itu tim Shikamaru sudah pergi kejar Sasuke atau belum (sepertinya belum, tapi mungkin Blogger salah paham).
WAH BLOGGER LUPA KALAU BORUTO MUNGKIN BAKAL KETEMU KONOHAMARU VERSI MINI!!
Minggu, 20 Oktober 2019
Detective Conan episode 956-957
Ehem.
Pembuka di episode 956 bagus kok, Blogger suka. Memang kalau nonton atau baca kisah misteri, Blogger lebih tertarik jika cerita tersebut dibuka dengan kasus, dan itu bukan prolog. Jadi biar inti ceritanya tentang mencari kebenaran dari kasus yang terjadi. Makanya Blogger cukup suka dengan pemaparan cerita di dua episode DC ini.
Blogger bingung bagaimana dengan Kogoro saat dia masih jadi polisi bawahan Megure. Maksudnya, gini, sebagai detektif dia sangat payah. Sering Conan lempar banyak petunjuk, tapi masih juga dia gak ngeh. Harus Conan juga yang ingetin untuk periksa ini-itu. Makanya, itu gimana tuh saat dia masih jadi polisi?
Dari analisis di episode 957, Blogger gak puas. Memang benar akhirnya terungkap pelaku dari dua kasus tersebut, tapi Blogger tertarik dengan komplotan Takase.
Jadi menurut analisis Kogoro mengenai alibi Takase (yang ternyata benar), Takase ini punya komplotan yang kebetulan punya postur tubuh yang mirip. Padahal kasus ini dibagi jadi 2 bagian loh, tapi komplotan-mirip-dan-benar itu tidak ada ulasan diluar analisis, seperti misalnya mungkin ketemu rekan kerja Takase, atau setelahnya di epilog ada dialog yang menyatakan bahwa komplotan ini ditemukan, dan sebagainya.
Walau filler, pelajarannya bagus sih. Memang manusia gak boleh langsung percaya dengan apa pun yang didengar. Takase memang bukan curi dengar gosip ketika dia lewat, dia tanya tetangga tentang keluarga gurunya. Tapi tetap saja, jangan langsung percaya. Mungkin gurunya gak bakal jujur tentang perilaku anaknya di rumah, tapi itu tidak membuat Takase berhak melakukan apa yang dia lakukan---ujungnya dia salah sasaran malah.
Jadi, iya, jangan langsung percaya dengan rumor. Konfirmasi secara pasti dulu dengan yang bersangkutan.
Kamis, 17 Oktober 2019
Lightspeed Rescue dan GoGoFive
Blogger sudah pernah bilang bahwa Power Rangers Lightspeed Rescue adalah salah satu season PR yang Blogger agak malas nonton ulang. Karena hal tersebut, makanya nonton Kyukyu Sentai GoGoFive pun jadi angot-angotan, berhasil selesai nonton pun karena dalam hati memang ingin nonton ulang PR dan nonton counterpartnya. Alhasil, kalau harus milih, Blogger gak bisa bilang mana yang lebih baik: karena menurut Blogger pribadi PRLR menang di jalan cerita, sedangkan GoGoFive menang di penokohan dan konsep.
'Jalan cerita' yang Blogger maksud menang di PRLR itu gak ada hubungannya dengan bahwa PR kelanjutan tiap seasonnya lebih kelihatan daripada SS (walau memang benar). Tapi dalam satu musim itu sendiri, jalan cerita PRLR memang bagus. Dibanding GoGoFive, Blogger menganggap fakta markas dan arsenal Ranger dibuat oleh banyak tim bersama-sama itu lebih masuk akal daripada hanya dikerjakan oleh seorang profesor serta satu robot asisten buatannya (dan nantinya seorang rekan membantu ketika Zord tidak bisa terpakai sementara). Iya, bisa aja karena Mondo saking jeniusnya, selama 10 tahun dia kerja habis-habisan dan berhasil menciptakan itu semua, sendirian, itu masuk akal juga. Cuman di perbandingan ini, otak Blogger lebih bisa terima versi Kapten Mitchell kerja bareng timnya. Dan lagi, soal arsenal, Blogger senang di PRLR diperlihatkan bagian uji cobanya (walau gak selalu), itu memperlihatkan bahwa memang mereka semua kerja keras untuk membuat arsenal yang lebih baik, gak cuman Ranger terima bersih. Di 555 juga pernah adegan uji coba, tapi menurut Blogger PRLR lebih baik. Jadi dari season PR sebelum-sebelumnya, mengenai arsenal, PRLR menang juga.
Penokohan GoGoFive memang lebih mantap dan tegas, itu wajar. Bahkan kalau menurut Blogger, urusan penokohan memang SS lebih baik daripada PR karena SS itu 'orisinil' 100%, PR harus mengolah keorisinilan SS dengan hati-hati makanya mereka gak bisa mantep di penokohan (mereka jadi lebih fokus soal penggunaan footage, mana yang dipakai untuk episode mana).
Mengenai konsep, walaupun tema 'Ghostbuster vs Demon'nya juga terasa seperti di PRLR, GoGoFive lebih ngena di hati karena ini keluarga manusia vs keluarga Demon. Segala yang terjadi di musim SS ini adalah tentang keluarga, baik dari sisi Ranger maupun sisi lawan. Perbedaan besar bagaimana ibu dari dua keluarga ini sangat berbeda sikapnya terhadap anak-anak mereka. Iya, ini masih tentang Ranger vs Monster, tapi bagian konflik internal keluarga itulah yang membuat musim ini ngena di hati.
Wajar jika di bagian akhir tiap season SS (PR tidak selalu) itu Ranger dapat akhir yang bahagia, tapi (terhitung dari Zyuranger) kebahagiaan GoGoFive itu mengharukan karena ibu mereka pulang ke rumah.
Walau memang 'mengadaptasi' dari SS, footage banyak dipakai, beberapa episode ada yang ikutin episode SS, foot soldiers ikut SS, tapi Blogger senang minimal ada 4 hal orisinil yang diciptakan oleh PR untuk season ini.
Pertama Cyborg Ranger. Oke, konsep untuk episode itu ada dari GoGoFive, tapi jalan ceritanya beda, dan Cyborg Ranger hanya ada di PR. Iya memang tim Cyborg Ranger itu kostumnya cuman kostum Lightspeed (555) biasa yang ditambah antena dan mesin di dada mereka, tapi itu tidak ada di GoGoFive, berarti ini orisinil.
Kedua Titanium Ranger. Ini adalah Ranger (protagonis dan canon) orisinil pertama di PR, makanya dia istimewa banget di hati Blogger. Karena Ranger ini orisinil banget (kecuali Zordnya), jelas mereka gak bisa pakai footage SS untuk adegan Ryan bertarung sebagai Ranger. Bahkan Ryan sendiri itu ada Arcnya loh.
Ketiga Battlelizer Merah. Sebenarnya frasa ini di PR dimulai oleh Andros di season In Space, dan sampai season SS ini kostum Battlelizer Andros-Leo-Carter gak ada di SS, berarti ketiganya orisinil. Mungkin adegan ketiga Ranger Merah ini pakai kostum tersebut untuk nembak jarak jauh itu hanya sekali rekam dan footagenya dipakai terus untuk setiap hancurin monster, tapi gak masalah, yang pasti kostum mereka orisinil.
Keempat arsenal Biru dan Hijau tambahan. Blogger lupa Kuning dan Pink dapat juga atau enggak, tapi di team-up dengan Time Force sih yang pakai cuman Biru dan Hijau. Jadi itu seperti Battlelizer juga buat Biru dan Hijau. Blogger nonton GoGoFive dan gak nemuin arsenal tersebut, berarti memang itu orisinil.
Sekarang perbandingan tim.
Matoi dan Carter kalau Matoi lagi kalem ya mirip lah. Tapi Matoi itu sering resek sih, sedangkan Carter memang selalu kalem.
Nagare dan Chad cukup beda walau gak mencolok. Mereka sama-sama kalem dan cukup pendiam dalam tim mereka. Dari segi pekerjaan di luar Ranger itu mereka beda banget. Dan Chad bukanlah tokoh cerdas dalam tim---PRLR gak perlu anggota cerdas karena punya Angela.
Shou dan Joel itu beda banget, dan Blogger bukan omongin kulitnya. Pekerjaan mereka memang sama-sama pilot, tapi konsep pilotnya beda. Shou kalau sama perempuan ya biasa aja, sedangkan Joel demennya dikerebutin orang-orang dan narsis dan langsung kepincut Angela.
Daimon dan Kelsey mau dibilang beda ya beda, mungkin karena gender. Dari awal kepribadian Kelsey memang kelihatan keras kok. Sedangkan Daimon, Blogger pikir dia bukan keras, tapi karena dia seorang polisi makanya sikapnya bisa seperti itu.
Matsuri dan Dana gak jauh beda kayaknya, tapi Blogger lihat Dana lebih halus aja tingkahnya, padahal lingkungan kerja di luar Ranger sih sama. Dibanding yang lain, dua ini memang yang paling gak jauh beda.
Mungkin karena repot kostum monster-nya banyak untuk adegan markas lawan, PR hanya pakai aktris baru untuk Vypra, karena Venus adalah satu-satunya antagonis berwajah manusia. PR masih pakai footage SS untuk markas mereka kok, cuman mereka cukup hati-hati agar wajah Venus gak kelihatan jelas---makanya kostum Vypra sama persis dengan Venus dari ujung kepala sampai kaki.
Omong-omong, tentang akhir masing-masing season, Blogger tadi udah bilang GoGoFive ngena banget karena soal keluarga. Tapi Blogger senang dengan PRLR karena adegan Aquabase hancur itu footage mereka orisinil banget, tambah lagi ada Ryan.
'Jalan cerita' yang Blogger maksud menang di PRLR itu gak ada hubungannya dengan bahwa PR kelanjutan tiap seasonnya lebih kelihatan daripada SS (walau memang benar). Tapi dalam satu musim itu sendiri, jalan cerita PRLR memang bagus. Dibanding GoGoFive, Blogger menganggap fakta markas dan arsenal Ranger dibuat oleh banyak tim bersama-sama itu lebih masuk akal daripada hanya dikerjakan oleh seorang profesor serta satu robot asisten buatannya (dan nantinya seorang rekan membantu ketika Zord tidak bisa terpakai sementara). Iya, bisa aja karena Mondo saking jeniusnya, selama 10 tahun dia kerja habis-habisan dan berhasil menciptakan itu semua, sendirian, itu masuk akal juga. Cuman di perbandingan ini, otak Blogger lebih bisa terima versi Kapten Mitchell kerja bareng timnya. Dan lagi, soal arsenal, Blogger senang di PRLR diperlihatkan bagian uji cobanya (walau gak selalu), itu memperlihatkan bahwa memang mereka semua kerja keras untuk membuat arsenal yang lebih baik, gak cuman Ranger terima bersih. Di 555 juga pernah adegan uji coba, tapi menurut Blogger PRLR lebih baik. Jadi dari season PR sebelum-sebelumnya, mengenai arsenal, PRLR menang juga.
Penokohan GoGoFive memang lebih mantap dan tegas, itu wajar. Bahkan kalau menurut Blogger, urusan penokohan memang SS lebih baik daripada PR karena SS itu 'orisinil' 100%, PR harus mengolah keorisinilan SS dengan hati-hati makanya mereka gak bisa mantep di penokohan (mereka jadi lebih fokus soal penggunaan footage, mana yang dipakai untuk episode mana).
Mengenai konsep, walaupun tema 'Ghostbuster vs Demon'nya juga terasa seperti di PRLR, GoGoFive lebih ngena di hati karena ini keluarga manusia vs keluarga Demon. Segala yang terjadi di musim SS ini adalah tentang keluarga, baik dari sisi Ranger maupun sisi lawan. Perbedaan besar bagaimana ibu dari dua keluarga ini sangat berbeda sikapnya terhadap anak-anak mereka. Iya, ini masih tentang Ranger vs Monster, tapi bagian konflik internal keluarga itulah yang membuat musim ini ngena di hati.
Wajar jika di bagian akhir tiap season SS (PR tidak selalu) itu Ranger dapat akhir yang bahagia, tapi (terhitung dari Zyuranger) kebahagiaan GoGoFive itu mengharukan karena ibu mereka pulang ke rumah.
Walau memang 'mengadaptasi' dari SS, footage banyak dipakai, beberapa episode ada yang ikutin episode SS, foot soldiers ikut SS, tapi Blogger senang minimal ada 4 hal orisinil yang diciptakan oleh PR untuk season ini.
Pertama Cyborg Ranger. Oke, konsep untuk episode itu ada dari GoGoFive, tapi jalan ceritanya beda, dan Cyborg Ranger hanya ada di PR. Iya memang tim Cyborg Ranger itu kostumnya cuman kostum Lightspeed (555) biasa yang ditambah antena dan mesin di dada mereka, tapi itu tidak ada di GoGoFive, berarti ini orisinil.
Kedua Titanium Ranger. Ini adalah Ranger (protagonis dan canon) orisinil pertama di PR, makanya dia istimewa banget di hati Blogger. Karena Ranger ini orisinil banget (kecuali Zordnya), jelas mereka gak bisa pakai footage SS untuk adegan Ryan bertarung sebagai Ranger. Bahkan Ryan sendiri itu ada Arcnya loh.
Ketiga Battlelizer Merah. Sebenarnya frasa ini di PR dimulai oleh Andros di season In Space, dan sampai season SS ini kostum Battlelizer Andros-Leo-Carter gak ada di SS, berarti ketiganya orisinil. Mungkin adegan ketiga Ranger Merah ini pakai kostum tersebut untuk nembak jarak jauh itu hanya sekali rekam dan footagenya dipakai terus untuk setiap hancurin monster, tapi gak masalah, yang pasti kostum mereka orisinil.
Keempat arsenal Biru dan Hijau tambahan. Blogger lupa Kuning dan Pink dapat juga atau enggak, tapi di team-up dengan Time Force sih yang pakai cuman Biru dan Hijau. Jadi itu seperti Battlelizer juga buat Biru dan Hijau. Blogger nonton GoGoFive dan gak nemuin arsenal tersebut, berarti memang itu orisinil.
Sekarang perbandingan tim.
Matoi dan Carter kalau Matoi lagi kalem ya mirip lah. Tapi Matoi itu sering resek sih, sedangkan Carter memang selalu kalem.
Nagare dan Chad cukup beda walau gak mencolok. Mereka sama-sama kalem dan cukup pendiam dalam tim mereka. Dari segi pekerjaan di luar Ranger itu mereka beda banget. Dan Chad bukanlah tokoh cerdas dalam tim---PRLR gak perlu anggota cerdas karena punya Angela.
Shou dan Joel itu beda banget, dan Blogger bukan omongin kulitnya. Pekerjaan mereka memang sama-sama pilot, tapi konsep pilotnya beda. Shou kalau sama perempuan ya biasa aja, sedangkan Joel demennya dikerebutin orang-orang dan narsis dan langsung kepincut Angela.
Daimon dan Kelsey mau dibilang beda ya beda, mungkin karena gender. Dari awal kepribadian Kelsey memang kelihatan keras kok. Sedangkan Daimon, Blogger pikir dia bukan keras, tapi karena dia seorang polisi makanya sikapnya bisa seperti itu.
Matsuri dan Dana gak jauh beda kayaknya, tapi Blogger lihat Dana lebih halus aja tingkahnya, padahal lingkungan kerja di luar Ranger sih sama. Dibanding yang lain, dua ini memang yang paling gak jauh beda.
Mungkin karena repot kostum monster-nya banyak untuk adegan markas lawan, PR hanya pakai aktris baru untuk Vypra, karena Venus adalah satu-satunya antagonis berwajah manusia. PR masih pakai footage SS untuk markas mereka kok, cuman mereka cukup hati-hati agar wajah Venus gak kelihatan jelas---makanya kostum Vypra sama persis dengan Venus dari ujung kepala sampai kaki.
Omong-omong, tentang akhir masing-masing season, Blogger tadi udah bilang GoGoFive ngena banget karena soal keluarga. Tapi Blogger senang dengan PRLR karena adegan Aquabase hancur itu footage mereka orisinil banget, tambah lagi ada Ryan.
Selasa, 15 Oktober 2019
Confessions (Kokuhaku), a novel by Minato Kanae
Dengan cover seperti itu (versi Indonesia), lalu di Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Haru, Blogger langsung saja mikir bahwa ini sensasinya jadi seperti novel-novelnya Akiyoshi Rikako, tapi ternyata cukup berbeda. Sama-sama membuat tegang dan ingin tahu 'kebenaran' di balik kasus yang dipaparkan, tapi Confessions karya Minato Kanae ini beda dengan novelnya Akiysohi Rikako.
Entah apakah ada novel lain dengan format cerita seperti ini atau tidak, tapi yang pasti ini pertama kalinya Blogger baca novel yang seperti ini. Sekelebat mirip dengan format cerita di novel Girls in the Dark dan Absolute Justice (keduanya karya Akiyoshi Rikako), tapi saat diperhatikan tetap berbeda. Makanya novel ini harus dibaca pelan-pelan, tidak bisa asal baca karena nanti tidak akan paham.
Dari sinopsis dan pengiklanan novel ini, yang melulu digemborkan adalah tentang 'saking sayangnya seorang ibu pada anaknya, sehingga Sang Ibu bisa melakukan hal-hal tak terduga'. Padahal kalau menurut Blogger pribadi sebagai pembaca, selain tentang Si Ibu, yang patut diperhatikan adalah Bocah A.
Sebelum lanjut, berikut adalah sinopsis punggung bukunya.
Dari sinopsis tersebut, jika kamu pikir tokoh Moriguchi Yuko ini ceritanya sedang mencari pelaku, maka itu salah. Dalam novel, Moriguchi ini sudah tahu siapa dua anak kelasnya yang menjadi pelaku, dia hanya mengungkapkan dan menjabarkan alur kejadiannya di awal novel, tapi tidak membeberkan nama kedua anak itu secara gamblang. Hanya saja, para warga kelas itu, karena guru mereka ini mendeskripsikan Bocah A dan Bocah B dengan sangat baik, mereka jadi tahu siapa yang dimaksud. Tentang pemakaian 'A' dan 'B' (di novel bahkan ada 'C' juga), itu berdasarkan pernyataan Moriguchi ya, jadi bukannya Blogger yang malas tulis nama pelaku.
Kembali tentang sebelum Blogger tulis sinopsisnya.
Ketika kamu baca novel ini, memang terkesan Moriguchi-sensei ini kok kejam banget cara balas dendamnya. Dapat dipahami bahwa karena anak SMP masih terlindungi hukum (di Jepang), sehingga guru ini ingin memberi pelajaran sendiri untuk kedua tersangka, tapi Blogger tidak sangka sampai sejauh itu di bab terakhir.
Tetapi, dalang kasus yang dipaparkan adalah Bocah A. Blogger cukup menyayangkan karena tidak ada yang mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan pada anak ini. Sejak kecil, yang ditanam dalam otak A hanyalah sains melulu. Tidak peduli apakah suatu eksperimen itu punya dampak negatif, pokoknya yang penting temuannya berhasil. Tidak peduli kalau ada yang harus dikorbankan, yang penting harus uji coba. Nah, itulah, karena tidak ada yang mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan, makanya A bisa seperti itu. Makanya ketika dia dan B melakukan pembunuhan itu, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan ketika tahu gurunya sedang balas dendam, dirinya malah kesenangan. Bocah A tidak gila, Blogger pun paham tentang dia yang ingin diperhatikan seseorang (dia bisa gila akan sains juga pengaruh dari orang tersebut), tapi kembali lagi dia menutup mata pada hal yang baik dan buruk.
Jadi kalau harus pilih, dibanding Si Guru, tokoh yang lebih menyeramkan bagi Blogger adalah A.
Selesai baca novel ini, Blogger baru tahu kalau filmnya sudah dibuat tahun 2010. Trailernya enggak banget---kalau bukan karena sudah baca novelnya, kemungkinan besar Blogger tidak bakal tertarik nonton. Bukannya jelek, tapi ya begitulah. Yang paling membuat Blogger semangat nonton mungkin karena sudah baca novelnya serta ada Okada Masaki(BRB mau nonton ulang Hana Kimi 2007 dan Otomen).
Filmnya baik. Kalau Blogger tidak kelewat, berarti alur dan elemen yang ada itu sesuai dengan novelnya. Ada beberapa detil seperti harusnya ngomong kalimat X baru Y dan sebagainya, tapi itu tidak masalah karena alur masih sesuai. Di bagian akhir saat Moriguchi telepon A, ada hal yang dibedakan dari versi novel, tapi masih tidak keluar jalur. Masalah pemilihan aktris dan aktor, ehem, saat baca novel Blogger tidak sempat bayangin/mengira-ngira tampang para karakter, jadi tidak bisa bilang kastingnya sesuai atau tidak. Yang pasti para aktor dan aktris berakting dengan baik, terutama pemeran Moriguchi. Tapi tetap saja, para warga kelas selain Si Guru seharusnya masih SMP, tapi kastingnya---ah ya sudahlah.
Jika kamu mengira versi novel akan lebih ringan daripada novel gara-gara trailer, kamu salah. Mungkin saat nonton, bagi kamu itu tidak terlihat riil, tapi bagi Blogger yang punya hematophobia, Blogger jijik saat lihat darah yang ada di film. Adegan menyangkut darah ini bukan sekedar luka, ya, tapi benar seperti terciprat, dan itu tidak sekali muncul.
Bagi yang tertarik nonton (baik sudah baca novelnya maupun belum), Blogger sarankan untuk tidak meleng, harus bener fokus nonton, karena adegannya sering berubah. Sedetik menampilkan A, tahu-tahu detik berikutnya sudah ganti jadi B, eh lalu balik ke A. Memang ada beberapa adegan pengulangan, tapi Blogger masih bisa memaklumi karena maksudnya sambil dijelaskan.
Dan ini hanya pendapat Blogger, tapi Blogger tidak suka adegan ledakan di bagian penghujung terakhir film. Di novel memang ada tentang ledakan yang terjadi, tapi versi filmnya seperti tidak nyambung dengan adegan keseluruhan film.
Omong-omong, tidak hanya ketika nonton, tapi ketika baca novel ini pun Blogger langsung teringat dengan Mr Hiiragi's Homeroom (3 Nen A Kumi: Ima kara Mina-san wa, Hitojichi Desu). Ceritanya beda, segalanya beda terutama bagian akhirnya. Tapi Blogger bisa merasakan vibe yang sama di bab pertama Confessions ini. Jika ada yang tertarik nonton, silakan, dan Blogger sudah pernah bahas Mr Hiiragi's Homeroom di entri tersendiri.
Paragraf terakhir ini akan membuat sebal sebagian orang karena Blogger menyangkutkan dengan agama walau tidak kental, jadi kalau mau dilewatkan, silakan sudahi baca entri ini sampai sini saja.
Bocah A masih SMP. Di mata orang yang sudah selesai SMA, berarti A masih kecil. Seperti yang sempat Blogger ketik sebelumnya, Blogger menyayangkan karena tidak ada yang mengajarkan kebaikan dan keburukan pada A. Mungkin saat sedang bersama keluarganya, A sempat diberi wejangan ringan, tapi dianggap angin lalu karena otaknya penuh dengan Sains yang dicekoki sejak kecil. Jangan salah, sains itu ilmu penting, tapi menjadi jelek jika mengabaikan sisi kemanusiaan.
Tidak mutlak, tapi itulah pentingnya program seperti Sekolah Minggu di rumah ibadah agama mana pun. Blogger percaya setiap agama mengajarkan mana yang baik, buruk, dan yang benar. Seperti Blogger di gereja, Sekolah Minggu bukan hanya mencekoki anak tentang kisah Yesus, tapi juga mengajarkan kebaikan dan keburukan menurut pandangan Alkitab. Seperti (lagi) pas minggu kemarin, di kelas Blogger cerita tentang bersikap sopan saat bertamu, tentang jangan menganggap diri lebih penting dari orang lain, jangan menganggap orang lebih rendah dari diri sendiri---ajarannya ada di Alkitab, tapi Blogger membahasnya sambil ngobrol dengan anak-anak sambil membicarakan tentang kondangan atau tentang bagaimana sikap mereka saat pergi ke rumah teman. Sekolah Minggu memang begitu, dan ini berbeda konteks dengan pelajaran agama yang disuguhkan di sekolah formal.
Nah, kembali tentang Bocah A. Blogger sangat berharap ini tidak terjadi di Indonesia yang setiap orang menganggap serius keyakinan apa pun yang dipeluk---orang atheis sekali pun. Yuk, para orangtua (dan atau wali), bawa anak-anak itu ikut Sekolah Minggu (dan sejenisnya). Bukan hanya mereka akan mendengarkan kisah dari kitab suci, tapi itu juga membantu para ortu agar anak-anak bisa tahu tentang kebaikan dan keburukan. Sains dan ilmu lain jelas penting, tapi jangan otak mereka melulu yang 'dikasih asupan', hati mereka juga butuh 'asupan'.
Entah apakah ada novel lain dengan format cerita seperti ini atau tidak, tapi yang pasti ini pertama kalinya Blogger baca novel yang seperti ini. Sekelebat mirip dengan format cerita di novel Girls in the Dark dan Absolute Justice (keduanya karya Akiyoshi Rikako), tapi saat diperhatikan tetap berbeda. Makanya novel ini harus dibaca pelan-pelan, tidak bisa asal baca karena nanti tidak akan paham.
Dari sinopsis dan pengiklanan novel ini, yang melulu digemborkan adalah tentang 'saking sayangnya seorang ibu pada anaknya, sehingga Sang Ibu bisa melakukan hal-hal tak terduga'. Padahal kalau menurut Blogger pribadi sebagai pembaca, selain tentang Si Ibu, yang patut diperhatikan adalah Bocah A.
Sebelum lanjut, berikut adalah sinopsis punggung bukunya.
'Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.
Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya. Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas. Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk ... '
Dari sinopsis tersebut, jika kamu pikir tokoh Moriguchi Yuko ini ceritanya sedang mencari pelaku, maka itu salah. Dalam novel, Moriguchi ini sudah tahu siapa dua anak kelasnya yang menjadi pelaku, dia hanya mengungkapkan dan menjabarkan alur kejadiannya di awal novel, tapi tidak membeberkan nama kedua anak itu secara gamblang. Hanya saja, para warga kelas itu, karena guru mereka ini mendeskripsikan Bocah A dan Bocah B dengan sangat baik, mereka jadi tahu siapa yang dimaksud. Tentang pemakaian 'A' dan 'B' (di novel bahkan ada 'C' juga), itu berdasarkan pernyataan Moriguchi ya, jadi bukannya Blogger yang malas tulis nama pelaku.
Kembali tentang sebelum Blogger tulis sinopsisnya.
Ketika kamu baca novel ini, memang terkesan Moriguchi-sensei ini kok kejam banget cara balas dendamnya. Dapat dipahami bahwa karena anak SMP masih terlindungi hukum (di Jepang), sehingga guru ini ingin memberi pelajaran sendiri untuk kedua tersangka, tapi Blogger tidak sangka sampai sejauh itu di bab terakhir.
Tetapi, dalang kasus yang dipaparkan adalah Bocah A. Blogger cukup menyayangkan karena tidak ada yang mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan pada anak ini. Sejak kecil, yang ditanam dalam otak A hanyalah sains melulu. Tidak peduli apakah suatu eksperimen itu punya dampak negatif, pokoknya yang penting temuannya berhasil. Tidak peduli kalau ada yang harus dikorbankan, yang penting harus uji coba. Nah, itulah, karena tidak ada yang mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan, makanya A bisa seperti itu. Makanya ketika dia dan B melakukan pembunuhan itu, dia sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan ketika tahu gurunya sedang balas dendam, dirinya malah kesenangan. Bocah A tidak gila, Blogger pun paham tentang dia yang ingin diperhatikan seseorang (dia bisa gila akan sains juga pengaruh dari orang tersebut), tapi kembali lagi dia menutup mata pada hal yang baik dan buruk.
Jadi kalau harus pilih, dibanding Si Guru, tokoh yang lebih menyeramkan bagi Blogger adalah A.
Selesai baca novel ini, Blogger baru tahu kalau filmnya sudah dibuat tahun 2010. Trailernya enggak banget---kalau bukan karena sudah baca novelnya, kemungkinan besar Blogger tidak bakal tertarik nonton. Bukannya jelek, tapi ya begitulah. Yang paling membuat Blogger semangat nonton mungkin karena sudah baca novelnya serta ada Okada Masaki
Filmnya baik. Kalau Blogger tidak kelewat, berarti alur dan elemen yang ada itu sesuai dengan novelnya. Ada beberapa detil seperti harusnya ngomong kalimat X baru Y dan sebagainya, tapi itu tidak masalah karena alur masih sesuai. Di bagian akhir saat Moriguchi telepon A, ada hal yang dibedakan dari versi novel, tapi masih tidak keluar jalur. Masalah pemilihan aktris dan aktor, ehem, saat baca novel Blogger tidak sempat bayangin/mengira-ngira tampang para karakter, jadi tidak bisa bilang kastingnya sesuai atau tidak. Yang pasti para aktor dan aktris berakting dengan baik, terutama pemeran Moriguchi. Tapi tetap saja, para warga kelas selain Si Guru seharusnya masih SMP, tapi kastingnya---ah ya sudahlah.
Jika kamu mengira versi novel akan lebih ringan daripada novel gara-gara trailer, kamu salah. Mungkin saat nonton, bagi kamu itu tidak terlihat riil, tapi bagi Blogger yang punya hematophobia, Blogger jijik saat lihat darah yang ada di film. Adegan menyangkut darah ini bukan sekedar luka, ya, tapi benar seperti terciprat, dan itu tidak sekali muncul.
Bagi yang tertarik nonton (baik sudah baca novelnya maupun belum), Blogger sarankan untuk tidak meleng, harus bener fokus nonton, karena adegannya sering berubah. Sedetik menampilkan A, tahu-tahu detik berikutnya sudah ganti jadi B, eh lalu balik ke A. Memang ada beberapa adegan pengulangan, tapi Blogger masih bisa memaklumi karena maksudnya sambil dijelaskan.
Dan ini hanya pendapat Blogger, tapi Blogger tidak suka adegan ledakan di bagian penghujung terakhir film. Di novel memang ada tentang ledakan yang terjadi, tapi versi filmnya seperti tidak nyambung dengan adegan keseluruhan film.
Omong-omong, tidak hanya ketika nonton, tapi ketika baca novel ini pun Blogger langsung teringat dengan Mr Hiiragi's Homeroom (3 Nen A Kumi: Ima kara Mina-san wa, Hitojichi Desu). Ceritanya beda, segalanya beda terutama bagian akhirnya. Tapi Blogger bisa merasakan vibe yang sama di bab pertama Confessions ini. Jika ada yang tertarik nonton, silakan, dan Blogger sudah pernah bahas Mr Hiiragi's Homeroom di entri tersendiri.
Paragraf terakhir ini akan membuat sebal sebagian orang karena Blogger menyangkutkan dengan agama walau tidak kental, jadi kalau mau dilewatkan, silakan sudahi baca entri ini sampai sini saja.
Bocah A masih SMP. Di mata orang yang sudah selesai SMA, berarti A masih kecil. Seperti yang sempat Blogger ketik sebelumnya, Blogger menyayangkan karena tidak ada yang mengajarkan kebaikan dan keburukan pada A. Mungkin saat sedang bersama keluarganya, A sempat diberi wejangan ringan, tapi dianggap angin lalu karena otaknya penuh dengan Sains yang dicekoki sejak kecil. Jangan salah, sains itu ilmu penting, tapi menjadi jelek jika mengabaikan sisi kemanusiaan.
Tidak mutlak, tapi itulah pentingnya program seperti Sekolah Minggu di rumah ibadah agama mana pun. Blogger percaya setiap agama mengajarkan mana yang baik, buruk, dan yang benar. Seperti Blogger di gereja, Sekolah Minggu bukan hanya mencekoki anak tentang kisah Yesus, tapi juga mengajarkan kebaikan dan keburukan menurut pandangan Alkitab. Seperti (lagi) pas minggu kemarin, di kelas Blogger cerita tentang bersikap sopan saat bertamu, tentang jangan menganggap diri lebih penting dari orang lain, jangan menganggap orang lebih rendah dari diri sendiri---ajarannya ada di Alkitab, tapi Blogger membahasnya sambil ngobrol dengan anak-anak sambil membicarakan tentang kondangan atau tentang bagaimana sikap mereka saat pergi ke rumah teman. Sekolah Minggu memang begitu, dan ini berbeda konteks dengan pelajaran agama yang disuguhkan di sekolah formal.
Nah, kembali tentang Bocah A. Blogger sangat berharap ini tidak terjadi di Indonesia yang setiap orang menganggap serius keyakinan apa pun yang dipeluk---orang atheis sekali pun. Yuk, para orangtua (dan atau wali), bawa anak-anak itu ikut Sekolah Minggu (dan sejenisnya). Bukan hanya mereka akan mendengarkan kisah dari kitab suci, tapi itu juga membantu para ortu agar anak-anak bisa tahu tentang kebaikan dan keburukan. Sains dan ilmu lain jelas penting, tapi jangan otak mereka melulu yang 'dikasih asupan', hati mereka juga butuh 'asupan'.
Senin, 14 Oktober 2019
Boruto episode 128
PANTESAN OPENING YANG BARU KAYAK GITU!!
Blogger lupa kalau Shikadai sudah jadi Chuunin, mungkin karena dia gak pakai rompi Chuunin. Barulah di episode ini saat dia bareng para Genin lainnya Blogger baru ngeh soal itu.
Jurus Mirai memang sangat berguna untuk Urashiki, tapi Blogger gak bisa nebak bagaimana cara dia pakai jurus Mirai. Hanya saja, sebagai penonton Blogger pikir, kok bisa-bisanya mereka yakin bahwa yang diikutin adalah Urashiki. Karena gini, dia diikutin tidak sebentar, loh. Dan dalam rentang waktu tersebut, Urashiki yang dianggap merepotkan itu kok seakan gak sadar bahwa dirinya diikutin. Makanya dari awal ketika ada yang kasih laporan sedang ikutin dia, Blogger langsung tahu itu jebakan. Mungkin karena sudah sering nonton jebakan serupa di fandom lain, jadi Blogger makin yakin itu jebakan saat sudah banyak Shinobi yang nyusul keluar dari Konoha.
Tapi, kembali tentang pemikiran Blogger yang bilang bahwa kok yang diikutin gak sadar, itu bikin Blogger bingung karena ternyata 'Urashiki' adalah Mirai. Ketika terlepas dari Genjutsu, Mirai bilang bahwa ia pikir sedang bertarung dengan Urashiki, lalu selama dia lari dan diikutin itu, kok dia gak ngeh kalau sedang diikutin?
Itu pemikiran Blogger sebagai penonton aja sih.
Blogger seneng disini ada Tenten. Sama sekali bukan tokoh favorit, tapi Blogger seneng aja. Wajar jika dia sebagai salah satu ninja penting di angkatan Naruto turun tangan dalam misi ini, tapi kewajaran itulah yang membuat Blogger lega dia ditampilkan. Cuman mungkin untuk berikutnya Blogger ingin lihat tokoh-tokoh serial Naruto lainnya di Konoha untuk ikut serta dalam 'perang' ini. Seperti Kakashi, Guy, Tsunade, bahkan Kurenai, dan sebagainya.
Omong-omong, Blogger gak sreg dengan ekspresi Shikamaru saat melaporkan bahwa Mirai hilang di awal episode. Gini, Mirai adalah salah satu sosok penting untuk Shikamaru, karena dia adalah anak Asuma. Jadi Blogger pikir, walau gak bakal sampai panik, Shikamaru bakal menunjukan rasa cemas karena anak asuhnya hilang, gak sesantuy itulah. Blogger jadi kasihan dengan Kurenai kalau begitu.
Terakhir, merujuk ke kalimat pertama entri ini. Ketika Boruto dan Sasuke mendarat di hutan, Blogger sudah menebak bahwa mereka pasti ke masa lalu. Petunjuknya ada 2 (sebelum Sasuke ngeh): pertama adalah ketika Naruto bilang bahwa dia sedikit lebih bertanggungjawab saat seumur Boruto, kedua ketika Urashiki bilang mereka (Sasuke dan Boruto) keluar terlalu cepat.
Blogger sempet kaget bahwa mereka terdampar sejauh itu, mereka masuk ke masa saat wajah Tsunade belum ada di jajaran patung Hokage. Kemudian Blogger baru inget bahwa memang wajah Tsunade baru ada disana ketika serial Naruto masuk Shippuden. Sedangkan kalau di awal memang ceritanya tentang Boruto yang melihat tingkah bapaknya zaman umur 12 tahun, berarti memang harus masuk ke masa yang mereka masukin itu.
Blogger gak sabar nunggu episode depan. Karena di previewnya memperlihatkan Jiraiya, yang berarti Sasuke dan Boruto masuk ke era dimana Sasuke-umur-12 tahun sedang ikut Orochimaru. Kalau gak salah sih gitu ya.
CIIEEE SASUKE NGELIAT BININYA ZAMAN MASIH 12 TAHUN CIIEEE
Blogger lupa kalau Shikadai sudah jadi Chuunin, mungkin karena dia gak pakai rompi Chuunin. Barulah di episode ini saat dia bareng para Genin lainnya Blogger baru ngeh soal itu.
Jurus Mirai memang sangat berguna untuk Urashiki, tapi Blogger gak bisa nebak bagaimana cara dia pakai jurus Mirai. Hanya saja, sebagai penonton Blogger pikir, kok bisa-bisanya mereka yakin bahwa yang diikutin adalah Urashiki. Karena gini, dia diikutin tidak sebentar, loh. Dan dalam rentang waktu tersebut, Urashiki yang dianggap merepotkan itu kok seakan gak sadar bahwa dirinya diikutin. Makanya dari awal ketika ada yang kasih laporan sedang ikutin dia, Blogger langsung tahu itu jebakan. Mungkin karena sudah sering nonton jebakan serupa di fandom lain, jadi Blogger makin yakin itu jebakan saat sudah banyak Shinobi yang nyusul keluar dari Konoha.
Tapi, kembali tentang pemikiran Blogger yang bilang bahwa kok yang diikutin gak sadar, itu bikin Blogger bingung karena ternyata 'Urashiki' adalah Mirai. Ketika terlepas dari Genjutsu, Mirai bilang bahwa ia pikir sedang bertarung dengan Urashiki, lalu selama dia lari dan diikutin itu, kok dia gak ngeh kalau sedang diikutin?
Itu pemikiran Blogger sebagai penonton aja sih.
Blogger seneng disini ada Tenten. Sama sekali bukan tokoh favorit, tapi Blogger seneng aja. Wajar jika dia sebagai salah satu ninja penting di angkatan Naruto turun tangan dalam misi ini, tapi kewajaran itulah yang membuat Blogger lega dia ditampilkan. Cuman mungkin untuk berikutnya Blogger ingin lihat tokoh-tokoh serial Naruto lainnya di Konoha untuk ikut serta dalam 'perang' ini. Seperti Kakashi, Guy, Tsunade, bahkan Kurenai, dan sebagainya.
Omong-omong, Blogger gak sreg dengan ekspresi Shikamaru saat melaporkan bahwa Mirai hilang di awal episode. Gini, Mirai adalah salah satu sosok penting untuk Shikamaru, karena dia adalah anak Asuma. Jadi Blogger pikir, walau gak bakal sampai panik, Shikamaru bakal menunjukan rasa cemas karena anak asuhnya hilang, gak sesantuy itulah. Blogger jadi kasihan dengan Kurenai kalau begitu.
Terakhir, merujuk ke kalimat pertama entri ini. Ketika Boruto dan Sasuke mendarat di hutan, Blogger sudah menebak bahwa mereka pasti ke masa lalu. Petunjuknya ada 2 (sebelum Sasuke ngeh): pertama adalah ketika Naruto bilang bahwa dia sedikit lebih bertanggungjawab saat seumur Boruto, kedua ketika Urashiki bilang mereka (Sasuke dan Boruto) keluar terlalu cepat.
Blogger sempet kaget bahwa mereka terdampar sejauh itu, mereka masuk ke masa saat wajah Tsunade belum ada di jajaran patung Hokage. Kemudian Blogger baru inget bahwa memang wajah Tsunade baru ada disana ketika serial Naruto masuk Shippuden. Sedangkan kalau di awal memang ceritanya tentang Boruto yang melihat tingkah bapaknya zaman umur 12 tahun, berarti memang harus masuk ke masa yang mereka masukin itu.
Blogger gak sabar nunggu episode depan. Karena di previewnya memperlihatkan Jiraiya, yang berarti Sasuke dan Boruto masuk ke era dimana Sasuke-umur-12 tahun sedang ikut Orochimaru. Kalau gak salah sih gitu ya.
Minggu, 13 Oktober 2019
2 episode akhir GoGoFive
Blogger terharu di bagian akhir serial ini, turut merasakan bahwa perjuangan Matoi sekeluarga gak sia-sia.
Awal episode 49 itu bagaikan 'the calm before the storm' ya, dan itu wajar. Keluarga Tatsumi merasa bahwa mereka berhasil mengalahkan seluruh lawan, makanya mereka bisa merasa lebih tenang. Cuman bagi keluarga itu sendiri, misteri tentang si Ibu belum terungkap.
Grandiene mungkin memang lebih reseh daripada Bansheera, dan itu terbukti saat Grandiene menjadikan Zylpheeza bawahan Salamandes.
Hancur-hancuran di episode akhir serial ini kurang berasa. Maksudnya, tahu hancur, tapi feelnya gak berasa, mungkin karena season ini lebih mau mengutamakan tentang kekeluargaan dibanding arsenal yang mereka miliki. Jadi selama keluarga Tatsumi baik-baik saja, mereka anggap itu bukan kehancuran---dan memang benar.
Makanya Blogger ikut terharu ketika Matsuri dan Daimon khawatir soal bapaknya yang nasibnya di markas gak jelas tapi kemudian bisa nelpon ibunya. Agak aneh soal 'cepet banget ibunya bisa balik ke Jepang dalam waktu singkat', tapi Blogger senang Ritsuko pulang ke anak-anaknya di episode terakhir.
Dari kelima anaknya, Matsuri dan Daimon karena paling kecil wajarlah nyamperin mamanya duluan. Shou dan Nagare juga cukup wajar, mereka jaim. Tapi yang paling membuat Blogger salut dengan skenario dan aktornya adalah Matoi yang berusaha untuk tetap dewasa tapi nangis juga sambil memunggungi keluarganya. Karena gini, Mondo benar tentang Matoi-lah yang menjadi orangtua untuk keempat adiknya sejak ibunya menghilang. Mondo juga benar bahwa selama ini Matoi gak pernah mengeluh dalam hidupnya. Matoi anak tertua sekaligus pengganti orangtua untuk adik-adiknya, dia gak punya waktu untuk rewel karena harus jaga adik-adiknya. Matoi harus kuat biar bisa nopang keempat adiknya sekaligus. Sekarang bayangin, ibu (dan ayahnya) sudah balik ke rumah, beban untuk menopang empat orang sekaligus sendirian itu agak terangkat. Seneng banget dia.
Epilognya juga menghangatkan hati, karena memang serial ini adalah keluarga vs keluarga yang kontras. Cuman, mungkin yang paling membuat Blogger kecewa di epilog adalah absennya Kyoko dan Tsugumi.
Kyoko memang bukan anggota GoGoFive, tapi peranannya penting untuk hanya sekedar karakter sampingan. Seenggaknya Blogger pikir dia bakal muncul saat Shou makan bekal ibunya.
Tsugumi memang cuman muncul di satu episode, tapi Blogger mengharapkan adanya penjelasan lebih lanjut tentang berhasil atau tidaknya hubungan dia dengan Matoi. Karena gini, Tsugumi walau bener figuran tapi bapaknya tokoh penting di serial ini, bosnya Matoi pula.
Awal episode 49 itu bagaikan 'the calm before the storm' ya, dan itu wajar. Keluarga Tatsumi merasa bahwa mereka berhasil mengalahkan seluruh lawan, makanya mereka bisa merasa lebih tenang. Cuman bagi keluarga itu sendiri, misteri tentang si Ibu belum terungkap.
Grandiene mungkin memang lebih reseh daripada Bansheera, dan itu terbukti saat Grandiene menjadikan Zylpheeza bawahan Salamandes.
Hancur-hancuran di episode akhir serial ini kurang berasa. Maksudnya, tahu hancur, tapi feelnya gak berasa, mungkin karena season ini lebih mau mengutamakan tentang kekeluargaan dibanding arsenal yang mereka miliki. Jadi selama keluarga Tatsumi baik-baik saja, mereka anggap itu bukan kehancuran---dan memang benar.
Makanya Blogger ikut terharu ketika Matsuri dan Daimon khawatir soal bapaknya yang nasibnya di markas gak jelas tapi kemudian bisa nelpon ibunya. Agak aneh soal 'cepet banget ibunya bisa balik ke Jepang dalam waktu singkat', tapi Blogger senang Ritsuko pulang ke anak-anaknya di episode terakhir.
Dari kelima anaknya, Matsuri dan Daimon karena paling kecil wajarlah nyamperin mamanya duluan. Shou dan Nagare juga cukup wajar, mereka jaim. Tapi yang paling membuat Blogger salut dengan skenario dan aktornya adalah Matoi yang berusaha untuk tetap dewasa tapi nangis juga sambil memunggungi keluarganya. Karena gini, Mondo benar tentang Matoi-lah yang menjadi orangtua untuk keempat adiknya sejak ibunya menghilang. Mondo juga benar bahwa selama ini Matoi gak pernah mengeluh dalam hidupnya. Matoi anak tertua sekaligus pengganti orangtua untuk adik-adiknya, dia gak punya waktu untuk rewel karena harus jaga adik-adiknya. Matoi harus kuat biar bisa nopang keempat adiknya sekaligus. Sekarang bayangin, ibu (dan ayahnya) sudah balik ke rumah, beban untuk menopang empat orang sekaligus sendirian itu agak terangkat. Seneng banget dia.
Epilognya juga menghangatkan hati, karena memang serial ini adalah keluarga vs keluarga yang kontras. Cuman, mungkin yang paling membuat Blogger kecewa di epilog adalah absennya Kyoko dan Tsugumi.
Kyoko memang bukan anggota GoGoFive, tapi peranannya penting untuk hanya sekedar karakter sampingan. Seenggaknya Blogger pikir dia bakal muncul saat Shou makan bekal ibunya.
Tsugumi memang cuman muncul di satu episode, tapi Blogger mengharapkan adanya penjelasan lebih lanjut tentang berhasil atau tidaknya hubungan dia dengan Matoi. Karena gini, Tsugumi walau bener figuran tapi bapaknya tokoh penting di serial ini, bosnya Matoi pula.
Kamis, 10 Oktober 2019
GoGoFive vs Gingaman, sebenarnya mirip
Dalam serial Power Rangers Lightspeed Rescue, team-up PRLR dan PRLG cukup baik walau yang menjadi Galaxy Pink adalah Kendrix dan bukan Karone. Tapi eksekusinya, setelah Blogger nonton GoGoFive vs Gingaman, PRLR x PRLG ini jadi terkesan jelek. Oke, 'jelek' adalah kata yang berlebihan, tapi ya versi PR tidak semenarik SS, mungkin karena footage SS untuk episode team-up ini dipakai sepenuh hati oleh PR.
Ehem.
Balik ke film sesuai judul. Team-up kali ini tidak sebegitu menarik dibanding season-season sebelumnya. Kemarin-kemarin bisa menarik karena kontras, ada garis pembanding yang jelas untuk kedua tim. Sedangkan di season ini, garis pembandingnya hanyalah soal Gingaman dari 'dunia' dongeng, sedangkan GoGoFive adalah 'pelayan' publik. Dari segi latar belakang, mereka memang beda. Tapi dari sikap dan hati, keduanya sebelas-dua belas.
Yang paling membedakan selain latar belakang mereka adalah motif saat menolong orang. Hal ini diperkuat saat Matoi bersama dengan Shouma.
Gingaman adalah orang yang baik, jelas. Mereka menolong orang tanpa pamrih dan tidak pandang bulu. Tapi hanya begitu.
GoGoFive, mereka juga orang yang baik. Lebih lagi, profesi mereka menuntut hati nurani yang baik dan berani, sehingga ketika mereka menolong orang, itu bukan hanya karena mereka baik tapi juga karena itu kemampuan mereka.
Sedemen-demennya Blogger pada Sasuke Hyuuga, Blogger merasa dia kurang berguna disini. Sebergunanya mungkin hanya karena mau cari GingaBeast.
Ehem.
Balik ke film sesuai judul. Team-up kali ini tidak sebegitu menarik dibanding season-season sebelumnya. Kemarin-kemarin bisa menarik karena kontras, ada garis pembanding yang jelas untuk kedua tim. Sedangkan di season ini, garis pembandingnya hanyalah soal Gingaman dari 'dunia' dongeng, sedangkan GoGoFive adalah 'pelayan' publik. Dari segi latar belakang, mereka memang beda. Tapi dari sikap dan hati, keduanya sebelas-dua belas.
Yang paling membedakan selain latar belakang mereka adalah motif saat menolong orang. Hal ini diperkuat saat Matoi bersama dengan Shouma.
Gingaman adalah orang yang baik, jelas. Mereka menolong orang tanpa pamrih dan tidak pandang bulu. Tapi hanya begitu.
GoGoFive, mereka juga orang yang baik. Lebih lagi, profesi mereka menuntut hati nurani yang baik dan berani, sehingga ketika mereka menolong orang, itu bukan hanya karena mereka baik tapi juga karena itu kemampuan mereka.
Sedemen-demennya Blogger pada
Selasa, 08 Oktober 2019
Kageki no Kuni no Alice, Spin-Off Gakuen Alice
Otak Blogger masih rada hangat tentang Gakuen Alice, jadi habis ngetik 2 entri Alice Academy, Blogger langsung cari spin-offnya dan baca. Kageki no Kuni no Alice ini masih dari Mangaka yang sama: Tachibana Higuchi. Kalau dari wikia, katanya tamat di chapter 16, tapi sedihnya Blogger hanya menemukan sampai chapter 13 di situs manga online langganan---pas sedang serunya pula.
Genrenya adalah Shoujo, Comedy, Romance, dan Gender Bender.
Gini, sebelum baca ulang Gakuen Alice, Blogger sempet lihat profil Tachibana Higuchi untuk lihat karyanya yang lain. Begitu lihat 'gender bender', Blogger main skip aja karena memang itu salah satu genre yang Blogger kurang tertarik---jadi Blogger gak ngeh bahwa ini adalah spin-offnya Gakuen Alice. Barulah ketika Blogger selesai baca Gakuen Alice lalu baca komentar-komentar di situs manga online, tahu bahwa ada spin-off ini.
Ceritanya dimulai beberapa bulan setelah tamatnya Gakuen Alice. Iya, setelah tamat, berarti setelah Mikan ingat tentang Akademi dan teman-temannya.
Tokoh utamanya sudah bukan Mikan, melainkan seorang gadis bernama Ando Hikari. Tunggu, Ando? Iya. Di entri sebelumnya Blogger bilang (karena belum benar baca bahkan untuk sinopsisnya sekalipun) bahwa sepertinya tokoh utamanya ada hubungan keluarga dengan Tsubasa. Ternyata bukan sekedar kerabat, melainkan adik kandung. Jadi Blogger senang bukan main: pertama karena Tsubasa adalah tokoh favorit Blogger di GA dan walaupun yang jadi tokoh utama adalah adiknya yang mencari keberadaannya tapi tetap aja (ternyata) dia beberapa kali muncul di manga ini, kedua karena walaupun Tsubasa bukan masuk jajaran tokoh utama tapi dia dianggap penting terutama untuk Mikan sehingga Mangaka-nya memutuskan menjadikan dia kakak dari tokoh utama spin-off----padahal kalau mau bisa aja Aoi yang jadi tokoh utama karena dia adik Natsume.
Blogger memang masih punya rasa kecewa karena daripada cerita mengenai adik Tsubasa ini, Blogger lebih memilih untuk baca cerita bagaimana Mikan mencari Hotaru (yang sebenarnya menurut Gakuen Alice Memorial Book, Mikan dan teman-temannya berhasil menemukan Hotaru dan Subaru di era Sengoku). Merasa wajar ketika melihat Mikan jadi murid Akademi lagi, tapi merasa aneh melihat Natsume (dan Tsubasa serta Ruka) seperti masih menjadi murid padahal katanya sudah lulus---dan tampang ketiga cowok itu tampak lebih muda lagi dibanding ketika mereka menemukan Mikan (apa jangan-jangan Blogger salah paham di chapter terakhir GA dan latar waktu spin-off ini?). Lalu merasa aneh melihat Narumi-lah yang menjadi Kepsek sekolah musik padahal empat tahun lalu (berarti ketika Mikan 'diluluskan' dari Akademi) itu dia jadi guru kelas Dangerous Ability, jadi Blogger pun baru ngeh itu dia ketika dipanggil Principal Narumi.
FYI, Blogger tahu bedanya kata spin-off dengan sequel ya. Jadi ketika dapat kabar GA punya spin off, Blogger langsung mikir lebih ingin sequel.
Memang kecewa, tapi ada sisi yang Blogger senang dengan spin-off ini. Selain tentang Tsubasa, Blogger senang karena ada preferensi ke manga utama yakni Gakuen Alice. Kedua, tokoh-tokoh dari manga utama bermunculan walau sebagian besar hanya terlihat di foto. Ketiga, mungkin dunia (mereka) sempit, tapi Ema dan Ruka sepupuan (entah sepupu langsung atau jauh), sehingga kalau Ema dan Hikari jadi canon berarti Ruka dan Tsubasa jadi keluarga jauh (banget).
Omong-omong, PANTASAN TSUBASA BISA TAMPAK SAYANG BANGET SAMA MIKAN!! Pernah ada panel yang Tsubasa bilang anggap Mikan (dan Natsume) sebagai adiknya, tapi yang paling berkesan buat Blogger adalah ketika dia akhirnya ketemu Mikan lagi sekian lama di festival olahraga---saat itu dia minta maaf karena gak ada di sisi Mikan untuk latihan. Gak bohong, itu berarti Tsubasa benar peduli dengan Mikan. Terus kaitannya dengan kalimat pertama paragraf ini apa?
Itu loh, pantas aja Tsubasa bisa terlihat sayang pada Mikan, karena ternyata ketika dia terpaksa masuk akademi, dia harus meninggalkan adik perempuannya. Mungkin dia gak lihat Mikan sebagai Mikan, melainkan sebagai Hikari, mungkin sebenarnya dia menganggap Mikan pengganti Hikari, mungkin. Tapi pantas saja Tsubasa bisa sayang Mikan, dan caranya berbeda dengan Tono sayang Mikan, karena Tsubasa memang sayang anak itu sebagai adiknya.
Terakhir, ini gak terlalu berhubungan dengan manga spin-off ini, tapi bisa nyerempet lah.
Jadi dari entri sebelumnya pun Blogger sudah bilang bahwa tokoh favorit Blogger di GA adalah Tsubasa. Tapi dia bukan satu-satunya. Tokoh favorit Blogger lainnya adalah Imai Subaru. Iya, kakaknya Hotaru. Di awal kemunculannya memang Blogger kurang suka dia, tapi ketika Arc Z, Blogger jadi senang dengan tokohnya. Tidak sampai seperti rasa senang Blogger terhadap Tsubasa, tapi iya. Lalu, ketika Blogger kenal spin-off ini, Blogger merasa aneh sendiri karena kok bisa-bisanya Blogger memfavoritkan dua karakter laki-laki di fandom yang sama yang kebetulan sama-sama punya adik perempuan?Padahal kalau mau favorit kakak laki-laki yang punya adik perempuan, di rumah Blogger bisa aja favoritin Koko sendiri loh.
Genrenya adalah Shoujo, Comedy, Romance, dan Gender Bender.
Gini, sebelum baca ulang Gakuen Alice, Blogger sempet lihat profil Tachibana Higuchi untuk lihat karyanya yang lain. Begitu lihat 'gender bender', Blogger main skip aja karena memang itu salah satu genre yang Blogger kurang tertarik---jadi Blogger gak ngeh bahwa ini adalah spin-offnya Gakuen Alice. Barulah ketika Blogger selesai baca Gakuen Alice lalu baca komentar-komentar di situs manga online, tahu bahwa ada spin-off ini.
Ceritanya dimulai beberapa bulan setelah tamatnya Gakuen Alice. Iya, setelah tamat, berarti setelah Mikan ingat tentang Akademi dan teman-temannya.
Tokoh utamanya sudah bukan Mikan, melainkan seorang gadis bernama Ando Hikari. Tunggu, Ando? Iya. Di entri sebelumnya Blogger bilang (karena belum benar baca bahkan untuk sinopsisnya sekalipun) bahwa sepertinya tokoh utamanya ada hubungan keluarga dengan Tsubasa. Ternyata bukan sekedar kerabat, melainkan adik kandung. Jadi Blogger senang bukan main: pertama karena Tsubasa adalah tokoh favorit Blogger di GA dan walaupun yang jadi tokoh utama adalah adiknya yang mencari keberadaannya tapi tetap aja (ternyata) dia beberapa kali muncul di manga ini, kedua karena walaupun Tsubasa bukan masuk jajaran tokoh utama tapi dia dianggap penting terutama untuk Mikan sehingga Mangaka-nya memutuskan menjadikan dia kakak dari tokoh utama spin-off----padahal kalau mau bisa aja Aoi yang jadi tokoh utama karena dia adik Natsume.
Blogger memang masih punya rasa kecewa karena daripada cerita mengenai adik Tsubasa ini, Blogger lebih memilih untuk baca cerita bagaimana Mikan mencari Hotaru (yang sebenarnya menurut Gakuen Alice Memorial Book, Mikan dan teman-temannya berhasil menemukan Hotaru dan Subaru di era Sengoku). Merasa wajar ketika melihat Mikan jadi murid Akademi lagi, tapi merasa aneh melihat Natsume (dan Tsubasa serta Ruka) seperti masih menjadi murid padahal katanya sudah lulus---dan tampang ketiga cowok itu tampak lebih muda lagi dibanding ketika mereka menemukan Mikan (apa jangan-jangan Blogger salah paham di chapter terakhir GA dan latar waktu spin-off ini?). Lalu merasa aneh melihat Narumi-lah yang menjadi Kepsek sekolah musik padahal empat tahun lalu (berarti ketika Mikan 'diluluskan' dari Akademi) itu dia jadi guru kelas Dangerous Ability, jadi Blogger pun baru ngeh itu dia ketika dipanggil Principal Narumi.
FYI, Blogger tahu bedanya kata spin-off dengan sequel ya. Jadi ketika dapat kabar GA punya spin off, Blogger langsung mikir lebih ingin sequel.
Memang kecewa, tapi ada sisi yang Blogger senang dengan spin-off ini. Selain tentang Tsubasa, Blogger senang karena ada preferensi ke manga utama yakni Gakuen Alice. Kedua, tokoh-tokoh dari manga utama bermunculan walau sebagian besar hanya terlihat di foto. Ketiga, mungkin dunia (mereka) sempit, tapi Ema dan Ruka sepupuan (entah sepupu langsung atau jauh), sehingga kalau Ema dan Hikari jadi canon berarti Ruka dan Tsubasa jadi keluarga jauh (banget).
Omong-omong, PANTASAN TSUBASA BISA TAMPAK SAYANG BANGET SAMA MIKAN!! Pernah ada panel yang Tsubasa bilang anggap Mikan (dan Natsume) sebagai adiknya, tapi yang paling berkesan buat Blogger adalah ketika dia akhirnya ketemu Mikan lagi sekian lama di festival olahraga---saat itu dia minta maaf karena gak ada di sisi Mikan untuk latihan. Gak bohong, itu berarti Tsubasa benar peduli dengan Mikan. Terus kaitannya dengan kalimat pertama paragraf ini apa?
Itu loh, pantas aja Tsubasa bisa terlihat sayang pada Mikan, karena ternyata ketika dia terpaksa masuk akademi, dia harus meninggalkan adik perempuannya. Mungkin dia gak lihat Mikan sebagai Mikan, melainkan sebagai Hikari, mungkin sebenarnya dia menganggap Mikan pengganti Hikari, mungkin. Tapi pantas saja Tsubasa bisa sayang Mikan, dan caranya berbeda dengan Tono sayang Mikan, karena Tsubasa memang sayang anak itu sebagai adiknya.
Terakhir, ini gak terlalu berhubungan dengan manga spin-off ini, tapi bisa nyerempet lah.
Jadi dari entri sebelumnya pun Blogger sudah bilang bahwa tokoh favorit Blogger di GA adalah Tsubasa. Tapi dia bukan satu-satunya. Tokoh favorit Blogger lainnya adalah Imai Subaru. Iya, kakaknya Hotaru. Di awal kemunculannya memang Blogger kurang suka dia, tapi ketika Arc Z, Blogger jadi senang dengan tokohnya. Tidak sampai seperti rasa senang Blogger terhadap Tsubasa, tapi iya. Lalu, ketika Blogger kenal spin-off ini, Blogger merasa aneh sendiri karena kok bisa-bisanya Blogger memfavoritkan dua karakter laki-laki di fandom yang sama yang kebetulan sama-sama punya adik perempuan?
Minggu, 06 Oktober 2019
Boruto episode 127
DI OPENING BARU ADA JIRAIYA!!!
Bukan karakter favorit sih, tapi Blogger respek dan mengakui bahwa Jiraiya adalah tokoh yang sangat penting dalam serial Naruto, sekaligus orang yang sangat berpengaruh dalam hidup tokoh Naruto. Blogger inget turut sedih ketika Jiraiya tewas, jadi sekarang Blogger seneng aja lihat ada episode (yang walaupun bukan khusus) omongin Jiraiya (eh atau memang khusus ngomongin dia?).
Semakin dilarang malah semakin penasaran, Blogger paham itu. Gini, memang kalau ingin melarang seseorang, harus dikasih alasan yang jelas, bukan cuman sekadar 'GAK BOLEH' kemudian kasih alasan yang ngambang.
Di episode ini, Blogger mewajari sekaligus ketawa saat Boruto dengan Sarada dan Chocho penasaran dengan Icha Icha Tactics. Shino, Kiba, Chouji, bahkan Hinata serta Sasuke melarang mereka baca dengan alasan 'masih kecil'. Bagi penonton yang sudah tahu, merasa wajar jika mereka larang anak-anak baca. Tapi ini sekalian pembelajaran juga bagi penonton untuk kasih alasan yang bisa diterima anak-anak, bukan hanya tentang mereka masih kecil. Kasihtahulah bahwa Icha Icha Tactics adalah novel roman dewasa yang ratingnya (misalkan) untuk umur 18 tahun ke atas sehingga banyak adegan yang belum pantas untuk anak di bawah umur, kalau gak mau sebut bahwa itu mengandung seks ya ngomong aja begitu, gak usah bilang mereka masih kecil.
Eh tapi, dengan munculnya episode ini, sepertinya menandakan bahwa ANGKATAN NARUTO SUDAH PADA BACA BUKUNYA JIRAIYA ya? Kalau Naruto-Sakura-Sasuke-Sai mungkin sudah wajar karena toh Kakashi adalah guru mereka. Nah, yang lain itu loh: Kiba, Shino, Chouji? (Hinata mungkin karena serumah dengan Naruto).
Minggu lalu Blogger udah seneng sendiri karena pikir Kakashi bakal muncul, ternyata enggak. Memang diperlihatkan, tapi hanya sebagai kilas balik tentang episode yang dia kenalin trik Icha-Icha ke Sasuke. Tapi episode ini tetap membuat Blogger seneng karena nostalgia banget---lebih lagi karena gambar kilas balik yang ada adalah sebelum Shippuden berarti saat Naruto masih 12 tahun, kangenin banget.
BTW, ya iyalah Kakashi gak beda jauh dengan dulu, wong mukanya ditutup mulu, kalau mukanya berubah pun juga elu kagak tau.
Hal lain yang Blogger sangat senang di episode ini adalah Sasuke pulang ke rumahnya. Gak ada interaksi dengan Sakura dan Sarada sih, seenggaknya dia beneran pulang ke rumahnya.
Jadi ternyata di bagian akhir ini masih tentang Urashiki, berarti sebenarnya Arc ini mungkin masih jalan cuman istirahat (?) sebentar. Sempat kecewa ketika setelah adegan di meja makan itu tiba-tiba Sasuke samperin Naruto lagi, karena Blogger mikirnya 'Sasuke baru pulang sebentar terus dikasih misi keluar Konoha lagi??', tapi menurut preview untuk episode depan sepertinya Sasuke belum akan keluar desa. Walau begitu, tegang ya, di episode depan tampaknya Urashiki udah tiba di depan gedung Hokage.
Bagian Ending yang baru (perasaan belum lama ganti deh), Blogger pribadi suka. Konsepnya kurang menarik hati Blogger sih, tapi yang bikin Blogger suka adalah pemilihan karakter yang dipakai dalam video itu. BANYAK BANGET. Memang, justru itu yang Blogger suka. Gambar terakhirnya memang orang-orang 'penting' sih, tapi selebihnya menampilkan wajah figuran seperti anggota Tim 25.
Bukan karakter favorit sih, tapi Blogger respek dan mengakui bahwa Jiraiya adalah tokoh yang sangat penting dalam serial Naruto, sekaligus orang yang sangat berpengaruh dalam hidup tokoh Naruto. Blogger inget turut sedih ketika Jiraiya tewas, jadi sekarang Blogger seneng aja lihat ada episode (yang walaupun bukan khusus) omongin Jiraiya (eh atau memang khusus ngomongin dia?).
Semakin dilarang malah semakin penasaran, Blogger paham itu. Gini, memang kalau ingin melarang seseorang, harus dikasih alasan yang jelas, bukan cuman sekadar 'GAK BOLEH' kemudian kasih alasan yang ngambang.
Di episode ini, Blogger mewajari sekaligus ketawa saat Boruto dengan Sarada dan Chocho penasaran dengan Icha Icha Tactics. Shino, Kiba, Chouji, bahkan Hinata serta Sasuke melarang mereka baca dengan alasan 'masih kecil'. Bagi penonton yang sudah tahu, merasa wajar jika mereka larang anak-anak baca. Tapi ini sekalian pembelajaran juga bagi penonton untuk kasih alasan yang bisa diterima anak-anak, bukan hanya tentang mereka masih kecil. Kasihtahulah bahwa Icha Icha Tactics adalah novel roman dewasa yang ratingnya (misalkan) untuk umur 18 tahun ke atas sehingga banyak adegan yang belum pantas untuk anak di bawah umur, kalau gak mau sebut bahwa itu mengandung seks ya ngomong aja begitu, gak usah bilang mereka masih kecil.
Eh tapi, dengan munculnya episode ini, sepertinya menandakan bahwa ANGKATAN NARUTO SUDAH PADA BACA BUKUNYA JIRAIYA ya? Kalau Naruto-Sakura-Sasuke-Sai mungkin sudah wajar karena toh Kakashi adalah guru mereka. Nah, yang lain itu loh: Kiba, Shino, Chouji? (Hinata mungkin karena serumah dengan Naruto).
Minggu lalu Blogger udah seneng sendiri karena pikir Kakashi bakal muncul, ternyata enggak. Memang diperlihatkan, tapi hanya sebagai kilas balik tentang episode yang dia kenalin trik Icha-Icha ke Sasuke. Tapi episode ini tetap membuat Blogger seneng karena nostalgia banget---lebih lagi karena gambar kilas balik yang ada adalah sebelum Shippuden berarti saat Naruto masih 12 tahun, kangenin banget.
BTW, ya iyalah Kakashi gak beda jauh dengan dulu, wong mukanya ditutup mulu, kalau mukanya berubah pun juga elu kagak tau.
Hal lain yang Blogger sangat senang di episode ini adalah Sasuke pulang ke rumahnya. Gak ada interaksi dengan Sakura dan Sarada sih, seenggaknya dia beneran pulang ke rumahnya.
Jadi ternyata di bagian akhir ini masih tentang Urashiki, berarti sebenarnya Arc ini mungkin masih jalan cuman istirahat (?) sebentar. Sempat kecewa ketika setelah adegan di meja makan itu tiba-tiba Sasuke samperin Naruto lagi, karena Blogger mikirnya 'Sasuke baru pulang sebentar terus dikasih misi keluar Konoha lagi??', tapi menurut preview untuk episode depan sepertinya Sasuke belum akan keluar desa. Walau begitu, tegang ya, di episode depan tampaknya Urashiki udah tiba di depan gedung Hokage.
Bagian Ending yang baru (perasaan belum lama ganti deh), Blogger pribadi suka. Konsepnya kurang menarik hati Blogger sih, tapi yang bikin Blogger suka adalah pemilihan karakter yang dipakai dalam video itu. BANYAK BANGET. Memang, justru itu yang Blogger suka. Gambar terakhirnya memang orang-orang 'penting' sih, tapi selebihnya menampilkan wajah figuran seperti anggota Tim 25.
Kamis, 03 Oktober 2019
Gakuen Alice, a manga by Tachibana Higuchi
Blogger ngetik ini tepat setelah menyelesaikan baca (yang keempat kalinya) Gakuen Alice, atau di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai Alice Academy. Manga karya Tachibana Higuchi-sensei terdiri dari 31 volume tankoubon (ada 180 chapter), dan pernah dianimasikan sebanyak 26 episode. Khusus entri ini, Blogger akan ocehin tentang manganya saja.
Pertama kali Blogger kenal manga ini dari Hanalala (bagi yang tidak tahu, anggaplah saudara jauhnya Nakayoshi, kalau masih belum tahu juga silakan tanya Om Gugel), itu pun Blogger punya Hanalala nomornya lompat-lompat serta bisa dihitung jari. Blogger pun bisa kebeli Hanalala serta beberapa biji tankoubon Gakuen Alice ini berkat 'cuci gudang'nya toko buku langganan. Pertama kali (lagi) Blogger tahu manga ini mungkin sekitar akhir SD, berarti di antara 2006-2007. Dan karena belum terlalu gila dengan manga online, jadi pengetahuan Blogger tentang fandom ini sangat terbatas, hanya sekedar tahu 'akademi Alice itu apa sih', dan beberapa konflik minor yang terjadi. Sungguh tidak menyangka bahwa padahal awal manga ini cukup ringan dan kekanakan (karena tokoh utamanya pun masih berumur 10 tahun), ternyata ujungnya cukup berat. Makanya ketika kenal manga online, Blogger sering banget hampir nangis untuk beberapa adegan, serta air mata benaran tumpah untuk empat adegan---Blogger masih terus terisak pada keempat adegan itu saat baca kedua kali, ketiga kali, dan keempat kali.
Menurut situs manga online langganan Blogger, manga ini punya banyak genre: Shoujo (sudah pasti), Action (lumayan), Adventure (sejujurnya tidak begitu terasa, tapi memang ada), Comedy (hanya pada awal, lalu beberapa panel di Arc yang berat, dan menjelang akhir), Drama (banget, terutama di tengah), Fantasy (IYA, karena kekuatan Alice sendiri itu), Mystery (lumayan, tapi bukan intinya), Psychological (mungkin Blogger gak ngerti, tapi Blogger gak merasakan genre ini saat baca), Romance (di awal tidak ada, tapi makin ke belakang makin terasa, anggap saja slowburn), School Life (sudah jelas), Supernatural (eh, Blogger pikir ini lebih ke Fantasy sih), dan Tragedy (IYA). Blogger pribadi berpikir genre Family, Friendship, dan Angst juga sangat kental, karena tokoh utama bisa ada disana karena mengejar sahabatnya, kemudian organisasi lawan berhubungan dengan mamanya tokoh utama, dan Angst itu temenin Tragedy.
Gakuen Alice bercerita tentang Mikan yang mengejar sahabatnya yakni Hotaru yang tiba-tiba pindah ke sekolah bernama Akademi Alice. Mikan sama sekali tidak tahu apa itu Alice dan bagaimana Akademi Alice itu. Singkat cerita, Mikan berhasil menjadi murid disana, tapi karena suatu hal dia seperti didiskriminasi. Walau begitu, Mikan tidak pernah terpuruk, apalagi karena dia bertemu dengan orang-orang baru yang bisa dengan segera akrab dengannya. Mikan adalah anak baik yang rada kepo serta keras kepala tapi selalu ceria---sifatnya yang campur aduk itulah yang membuat banyak orang tidak suka dia di awal. Gara-gara sifatnya itu juga, dia sering terseret (dan menyeret orang di sekitarnya) terlibat masalah (alias membuka Arc baru). Tak disangka, kedatangan Mikan ke Akademi Alice ini malah membuatnya tahu rahasia-rahasia besar dalam hidupnya.
Lalu, Alice dan Akademi Alice itu apa?
Alice adalah semacam kekuatan alami seseorang. Semacam kekuatan magis atau spesial dalam diri, dan ini bukan turunan. Seperti kasus Hotaru, dia dan kakaknya sama-sama Alice (orang yang punya kekuatan ini pun disebut sebagai Alice) padahal kedua orangtua mereka normal. Kekuatan ini ada banyak macam, dan seseorang bisa punya lebih dari satu Alice. Misalnya seperti Subaru, kakak Hotaru, dia punya kekuatan untuk menyembuhkan dan untuk mengoper rasa sakit pada orang lain. Banyak kekuatan aneh yang bisa ditemukan dalam manga ini.
Akademi Alice adalah semacam institusi khusus yang dilindungi oleh negara. Setiap anak yang ketahuan sebagai Alice akan dicecar pihak Akademi untuk dimasukkan ke dalam Akademi agar kemampuan mereka bisa dilatih, dan anak itu tidak bisa keluar dari gerbang sekolah sampai lulus. Kontak dengan luar Akademi juga dibatasi, bahkan anak tersebut tidak bisa bertemu dengan keluarganya sendiri. Makanya Akademi Alice ini, bagi yang awan, dikenal sebagai sekolah super elit yang ketat untuk orang jenius.
Kurang lebihnya seperti itu sih, kalau ingin tahu lebih lanjut bisa tanya Om Gugel atau langsung baca manganya karena memang ada penjelasan selama ceritanya berlangsung.
Ketika pertama kali baca manga ini, Blogger sama sekali tidak menyangka plotnya akan seberat itu. Tidak berat sampai bagaimana sih, tapi kalau dibanding dengan awal cerita ya jauh. Dibilang humor, sebenarnya tidak mengocok perut, tapi memang di awal cerita sangat ringan karena Mikan dan teman-teman sekelasnya itu masih sekitar umur 10-11 tahun (kalau di Indonesia berarti masih sekitar kelas 4-6 SD).
Tapi makin jauh, tingkah dan gaya pikir mereka dibuat seperti bukan anak umur 11 tahun. Kalau kamu bener-bener baca, akan ada masanya kamu lupa bahwa anak-anak itu masih kecil tapi kok sudah begitu. Namun, jika mengenyampingkan soal umur, Blogger sangat suka dengan alur ceritanya. Ada yang klise, ada yang tidak terduga. Blogger gak tahu Mangaka dapat ide darimana, tapi Arc-nya keren-keren.
Setidaknya ada empat adegan Blogger sampai tersedu-sedu saat baca.
Pertama adalah saat Penguin merelakan dirinya untuk ditinggal saat Mikan-Natsume-Ruka-Tsubasa hendak melarikan diri dari markas Z. Bisa dibilang itu adalah kehilangan pertama Mikan sejak datang ke Akademi Alice.
Kedua adalah saat kilas balik masa lalu Natsume dengan Ruka yang akhirnya setuju pergi ke Akademi Alice.
Ketiga adalah saat terakhir sebelum Yuka benaran tewas. Itu siapa sih yang potong bawang?
Keempat adalah saat Mikan 'lulus' dan seluruh murid Akademi mengantarnya keluar gerbang.
Banyak adegan yang membuat hati Blogger terenyuh, tapi mau berapa kali baca ya tetap meweknya dikeempat adegan itu.
Karakter favorit Blogger adalah Ando Tsubasa, dari pertama kali baca sampai yang keempat, tetap Tsubasa. Dia sosok pelindungnya Mikan banget. Blogger gak ngeship Tsubasa x Mikan, sama sekali enggak, tapi ya itulah, Blogger sangat lega tiap kali Tsubasa muncul apalagi saat dia datang pada Mikan. Lagipula, jika bukan karena Tsubasa, Mikan gak bakal kepikiran soal dodgeball, gak bakal kepikiran untuk mempelajari gaya soal ujian tiap guru saat ulangan semester, bahkan di awal pertemuan pun karena Tsubasa nolong Mikan dari kakaknya Permy.
Kalau gak salah ada sekuel (atau semacam spin off?) yang berpusat pada adik (atau sepupu? Pokoknya marganya sama) Tsubasa. Blogger dan sejumlah penggemar Gakuen Alice antusias sekaligus kecewa. Antusias karena ada karya lain yang berhubungan dengan Gakuen Alice, kecewa karena cerita yang diusung bukanlah tentang Mikan-Natsume-Ruka yang mencari Hotaru. Memang tidak mesti semua cerita harus berakhir bahagia secara eksplisit, tapi ya begitulah.
Jika hanya mengandalkan artwork dan sinopsis, Blogger gak yakin bakal kebaca manga ini (terimakasih kepada Hanalala). Tapi berkat manga ini, Blogger bisa punya banyak inspirasi saat menulis novel. Bahkan ketika baca yang keempat kali ini, blogger baru ngeh bahwa ada dua karakter orisinil Blogger yang sangat membayangi tokoh Tsubasa dan Harada Misaki tapi hanya soal keperawakannya saja.
Jika kamu ingin baca manga ini, silakan, tapi jangan cepat bosan karena Arc-nya baru akan tidak ringan ketika Arc Z. Jangan rewel soal umur para tokoh juga, karena nanti jadi tidak bisa menikmati jalan ceritanya. Jika memang berminat baca manganya, tidak usah pemanasan dengan nonton animenya, karena animenya ngaco (akan ditulis di entri lain), tapi kalau mau nonton ya silakan tapi animenya kelewat ringan dibanding versi manga.
Pertama kali Blogger kenal manga ini dari Hanalala (bagi yang tidak tahu, anggaplah saudara jauhnya Nakayoshi, kalau masih belum tahu juga silakan tanya Om Gugel), itu pun Blogger punya Hanalala nomornya lompat-lompat serta bisa dihitung jari. Blogger pun bisa kebeli Hanalala serta beberapa biji tankoubon Gakuen Alice ini berkat 'cuci gudang'nya toko buku langganan. Pertama kali (lagi) Blogger tahu manga ini mungkin sekitar akhir SD, berarti di antara 2006-2007. Dan karena belum terlalu gila dengan manga online, jadi pengetahuan Blogger tentang fandom ini sangat terbatas, hanya sekedar tahu 'akademi Alice itu apa sih', dan beberapa konflik minor yang terjadi. Sungguh tidak menyangka bahwa padahal awal manga ini cukup ringan dan kekanakan (karena tokoh utamanya pun masih berumur 10 tahun), ternyata ujungnya cukup berat. Makanya ketika kenal manga online, Blogger sering banget hampir nangis untuk beberapa adegan, serta air mata benaran tumpah untuk empat adegan---Blogger masih terus terisak pada keempat adegan itu saat baca kedua kali, ketiga kali, dan keempat kali.
Menurut situs manga online langganan Blogger, manga ini punya banyak genre: Shoujo (sudah pasti), Action (lumayan), Adventure (sejujurnya tidak begitu terasa, tapi memang ada), Comedy (hanya pada awal, lalu beberapa panel di Arc yang berat, dan menjelang akhir), Drama (banget, terutama di tengah), Fantasy (IYA, karena kekuatan Alice sendiri itu), Mystery (lumayan, tapi bukan intinya), Psychological (mungkin Blogger gak ngerti, tapi Blogger gak merasakan genre ini saat baca), Romance (di awal tidak ada, tapi makin ke belakang makin terasa, anggap saja slowburn), School Life (sudah jelas), Supernatural (eh, Blogger pikir ini lebih ke Fantasy sih), dan Tragedy (IYA). Blogger pribadi berpikir genre Family, Friendship, dan Angst juga sangat kental, karena tokoh utama bisa ada disana karena mengejar sahabatnya, kemudian organisasi lawan berhubungan dengan mamanya tokoh utama, dan Angst itu temenin Tragedy.
Gakuen Alice bercerita tentang Mikan yang mengejar sahabatnya yakni Hotaru yang tiba-tiba pindah ke sekolah bernama Akademi Alice. Mikan sama sekali tidak tahu apa itu Alice dan bagaimana Akademi Alice itu. Singkat cerita, Mikan berhasil menjadi murid disana, tapi karena suatu hal dia seperti didiskriminasi. Walau begitu, Mikan tidak pernah terpuruk, apalagi karena dia bertemu dengan orang-orang baru yang bisa dengan segera akrab dengannya. Mikan adalah anak baik yang rada kepo serta keras kepala tapi selalu ceria---sifatnya yang campur aduk itulah yang membuat banyak orang tidak suka dia di awal. Gara-gara sifatnya itu juga, dia sering terseret (dan menyeret orang di sekitarnya) terlibat masalah (alias membuka Arc baru). Tak disangka, kedatangan Mikan ke Akademi Alice ini malah membuatnya tahu rahasia-rahasia besar dalam hidupnya.
Lalu, Alice dan Akademi Alice itu apa?
Alice adalah semacam kekuatan alami seseorang. Semacam kekuatan magis atau spesial dalam diri, dan ini bukan turunan. Seperti kasus Hotaru, dia dan kakaknya sama-sama Alice (orang yang punya kekuatan ini pun disebut sebagai Alice) padahal kedua orangtua mereka normal. Kekuatan ini ada banyak macam, dan seseorang bisa punya lebih dari satu Alice. Misalnya seperti Subaru, kakak Hotaru, dia punya kekuatan untuk menyembuhkan dan untuk mengoper rasa sakit pada orang lain. Banyak kekuatan aneh yang bisa ditemukan dalam manga ini.
Akademi Alice adalah semacam institusi khusus yang dilindungi oleh negara. Setiap anak yang ketahuan sebagai Alice akan dicecar pihak Akademi untuk dimasukkan ke dalam Akademi agar kemampuan mereka bisa dilatih, dan anak itu tidak bisa keluar dari gerbang sekolah sampai lulus. Kontak dengan luar Akademi juga dibatasi, bahkan anak tersebut tidak bisa bertemu dengan keluarganya sendiri. Makanya Akademi Alice ini, bagi yang awan, dikenal sebagai sekolah super elit yang ketat untuk orang jenius.
Kurang lebihnya seperti itu sih, kalau ingin tahu lebih lanjut bisa tanya Om Gugel atau langsung baca manganya karena memang ada penjelasan selama ceritanya berlangsung.
Ketika pertama kali baca manga ini, Blogger sama sekali tidak menyangka plotnya akan seberat itu. Tidak berat sampai bagaimana sih, tapi kalau dibanding dengan awal cerita ya jauh. Dibilang humor, sebenarnya tidak mengocok perut, tapi memang di awal cerita sangat ringan karena Mikan dan teman-teman sekelasnya itu masih sekitar umur 10-11 tahun (kalau di Indonesia berarti masih sekitar kelas 4-6 SD).
Tapi makin jauh, tingkah dan gaya pikir mereka dibuat seperti bukan anak umur 11 tahun. Kalau kamu bener-bener baca, akan ada masanya kamu lupa bahwa anak-anak itu masih kecil tapi kok sudah begitu. Namun, jika mengenyampingkan soal umur, Blogger sangat suka dengan alur ceritanya. Ada yang klise, ada yang tidak terduga. Blogger gak tahu Mangaka dapat ide darimana, tapi Arc-nya keren-keren.
Setidaknya ada empat adegan Blogger sampai tersedu-sedu saat baca.
Pertama adalah saat Penguin merelakan dirinya untuk ditinggal saat Mikan-Natsume-Ruka-Tsubasa hendak melarikan diri dari markas Z. Bisa dibilang itu adalah kehilangan pertama Mikan sejak datang ke Akademi Alice.
Kedua adalah saat kilas balik masa lalu Natsume dengan Ruka yang akhirnya setuju pergi ke Akademi Alice.
Ketiga adalah saat terakhir sebelum Yuka benaran tewas. Itu siapa sih yang potong bawang?
Keempat adalah saat Mikan 'lulus' dan seluruh murid Akademi mengantarnya keluar gerbang.
Banyak adegan yang membuat hati Blogger terenyuh, tapi mau berapa kali baca ya tetap meweknya dikeempat adegan itu.
Karakter favorit Blogger adalah Ando Tsubasa, dari pertama kali baca sampai yang keempat, tetap Tsubasa. Dia sosok pelindungnya Mikan banget. Blogger gak ngeship Tsubasa x Mikan, sama sekali enggak, tapi ya itulah, Blogger sangat lega tiap kali Tsubasa muncul apalagi saat dia datang pada Mikan. Lagipula, jika bukan karena Tsubasa, Mikan gak bakal kepikiran soal dodgeball, gak bakal kepikiran untuk mempelajari gaya soal ujian tiap guru saat ulangan semester, bahkan di awal pertemuan pun karena Tsubasa nolong Mikan dari kakaknya Permy.
Kalau gak salah ada sekuel (atau semacam spin off?) yang berpusat pada adik (atau sepupu? Pokoknya marganya sama) Tsubasa. Blogger dan sejumlah penggemar Gakuen Alice antusias sekaligus kecewa. Antusias karena ada karya lain yang berhubungan dengan Gakuen Alice, kecewa karena cerita yang diusung bukanlah tentang Mikan-Natsume-Ruka yang mencari Hotaru. Memang tidak mesti semua cerita harus berakhir bahagia secara eksplisit, tapi ya begitulah.
Jika hanya mengandalkan artwork dan sinopsis, Blogger gak yakin bakal kebaca manga ini (terimakasih kepada Hanalala). Tapi berkat manga ini, Blogger bisa punya banyak inspirasi saat menulis novel. Bahkan ketika baca yang keempat kali ini, blogger baru ngeh bahwa ada dua karakter orisinil Blogger yang sangat membayangi tokoh Tsubasa dan Harada Misaki tapi hanya soal keperawakannya saja.
Jika kamu ingin baca manga ini, silakan, tapi jangan cepat bosan karena Arc-nya baru akan tidak ringan ketika Arc Z. Jangan rewel soal umur para tokoh juga, karena nanti jadi tidak bisa menikmati jalan ceritanya. Jika memang berminat baca manganya, tidak usah pemanasan dengan nonton animenya, karena animenya ngaco (akan ditulis di entri lain), tapi kalau mau nonton ya silakan tapi animenya kelewat ringan dibanding versi manga.
Anime Gakuen Alice beda dengan manga-nya
Blogger sudah empat kali baca manganya, dan baru dua kali nonton animenya. Sejarah Blogger kenal manganya sudah dibahas di entri sebelumnya ya, jadi kali ini Blogger akan ngomongin animenya. Blogger bisa tahu anime Gakuen alice dari seorang teman dekat zaman SMA tahun 2010. Saat itu Blogger bahkan belum pernah manganya dari awal sampai akhir, hanya baca berdasarkan Hanalala serta tankoubon yang Blogger punya di rumah saat itu, dan pengetahuan (lompat-lompat) Blogger di fandom ini hanya sampai saat Mikan-Natsume-Ruka-Tsubasa hendak kabur dari markas Z. Ketika Blogger ngobrol dengan teman Blogger yang ternyata demen Gakuen Alice, dia cerita bahwa sangat kecewa dengan animenya karena tidak sesuai. Blogger kaget saat tahu ternyata ada animenya. Saat itu Blogger gak kayak sekarang yang ingin baca sampai habis dulu lalu nonton, jadinya walau belum baca sampai chapter terbarunya, Blogger memutuskan nonton cari dan nonton animenya.
Hasilnya?
KACAU BEDA BANGET.
Oke, gak jelek sih. Inti utamanya sejauh yang diadaptasi menjadi anime cukup sesuai. Tapi bagi yang tergila-gila dengan manganya jelas akan kecewa dengan anime, apalagi jika pembaca manganya sudah baca sampai tamat lalu baru mulai nonton animenya (yang mana baru bisa dilakukan di akhir 2013).
Perubahan detil kecil-kecil masih bisa dimaklumi. Seperti, dari episode satu, yang Natsume rampas dari Mikan adalah roknya, sedangkan di manga adalah celana dalamnya. Itu perubahan kecil, tapi tidak begitu berpengaruh dengan plot selanjutnya. Lagipula, Blogger pikir Kreator anime menargetkan anime ini untuk anak-anak, jadi sebisa mungkin yang ditambilkan dibuat 'aman'.
Tapi Blogger pribadi tidak suka perubahan pada bagian dodgeball. Di manga, seluruh siswa kelas Mikan ikut main, dengan tim Mikan yang jumlahnya bisa dihitung jari. Di anime, yang main hanya sebagian, sisanya nonton, padahal tujuan dari permainan ini adalah mendekatkan diri dengan SELURUH anggota kelas. Perubahan tentang penggunaan alice di anime masih oke, maksudnya biar sekalian memperlihatkan alice apa saja yang ada, tapi Blogger kurang suka eksekusi dodgeball di anime.
Perubahan lain yang Blogger tidak suka adalah mempertemukan Mikan dengan Noda lebih cepat dari yang seharusnya. Memang tidak langsung diperkenalkan, tapi Blogger kurang suka aja.
Contoh lain yang Blogger tidak suka adalah ketika Mikan kasih Howalon terakhirnya pada Natsume, padahal di manga itu untuk kakeknya.
Beberapa tambahan adegan pun tidak buruk menurut Blogger. Banyak adegan yang tidak ada di manga, tapi bisa menjadi 'jembatan' yang pas menuju adegan canon, atau adegan tersebut seakan menjadi 'di balik layar' dari adegan canon di manga, atau adegan tersebut adalah pendukung apa yang terjadi di canon.
Contoh adegan eksklusif anime yang Blogger suka adalah menjelang festival, Tsubasa dan rekan-rekannya samperin Jinno agar dapat izin ikut serta. Festival Alice adalah Arc tersendiri di manga, dan diadaptasi ke anime, tapi adegan Tsubasa itu gak ada. Blogger suka akan tambahan adegan ini karena menunjukkan kepedulian dan kecerdasan Tsubasa.
Contoh adegan lain adalah saat Narumi kumpulin guru-guru lain untuk ngomong tentang surat dari Kakeknya Mikan.
Contoh lain lagi adalah tambahan perbedaan fasilitas level bintang di akademi. Di manga juga ada, tapi kalau tidak salah hanya sekedar tentang kamar, jatah makan, dan uang jajan. Di anime lebih kejam, yakni ada soal westafel dan tugas bersih-bersih.
Seperti yang Blogger sempat tulis sebelumnya, anime Gakue Alice mungkin dibuat dengan target penonton yang umurnya di bawah target pembaca manganya. Mungkin itu sebabnya anime ini dibuat menjadi lebih ceria, konflik yang ada dibuat lebih ringan walau diskriminasi level bintang tetap ada. Hubungan Mikan dengan Natsume dibuat lebih ringan dan tidak setegang yang ada di manga.
Tapi, sebab lainnya mungkin juga karena pihak Kreator anime tidak menyangka bahwa semakin kesini, Arc yang dibuat Tachibana Higuchi untuk manganya semakin intens dan berat.
Di Jepang, anime Gakuen Alice diputar dari akhir Oktober 2004 sampai tengah Mei 2005 sebanyak 26 episode, dan TAMPAKNYA dibuat tamat begitu saja, dengan episode 23-26 itu tidak ada di manga. Pada pertengahan Mei 2005 itu, tankoubon Gakuen Alice yang dirilis di Jepang memang baru sampai volume 7, yang chapter terakhir volume itu adalah tentang Mikan yang ketemu dengan Yuka untuk pertama kalinya. Itu memang Arc setelah ujian semester (setelah ujian, Iinchou dapat nilai tertinggi lalu pulang ke rumah selama seminggu, begitu balik ke akademi ternyata alicenya sudah dicuri), dan episode 21 adalah tentang ujian semester tersebut serta akhirannya langsung diperlihatkan bahwa Iinchou mendapat nilai tertinggi. Episode 22 tentang Bear dan Kaname itu memang ada di manga walau tidak seluruh adegan canon, tapi setelah-setelahnya itu tidak ada di manga, jadi seakan mereka nunggu sampai Arc alicenya Iinchou kecuri itu selesai kemudian baru mau digarap.
Masalahnya, episode 23-24-25 itu seperti Arc tersendiri. Jika menggunakan karakter eksklusif anime, Blogger tidak masalah. Jika menggunakan motif ekslusif anime, itu tidak masalah juga. Tapi ini tidak. Mereka masih pakai Reo untuk menarik Natsume gabung dengan Z, jadi seakan perpanjangan dari adegan Natsume yang diculik. Itu ngaco banget.
Episode 23, masa lalu Natsume cukup ngaco. Di manga masa lalu Natsume tentang insiden kebakaran itu bakal dibahas tapi nanti, sedangkan anime berasa sok tahu banget pengen duluan umbar masa lalu Natsume lalu ujung-ujungnya Mangaka bikin beda.
Episode 24, masa lalu Narumi-Reo-Yuka juga ngaco. Di manga memang sempat ada mereka bertiga bareng, tapi tidak seperti itu. Dan omong-omong, karena episode ini dibuat jauh sebelum manga umbar rahasia orangtua Mikan, jadinya anime melulu memberi petunjuk bahwa yang punya Nullification Alice adalah mamanya Mikan dan bukan papanya. Tapi di sisi lain episode ini cukup mendukung pada fakta setelah Mikan 'lulus' di menjelang tamat, ketika Jinno jadi Kepsek SD, Narumi dijadiin guru kelas Dangerous Ability.
Episode 25, bagian Reo pakai suaranya untuk gerakin para murid kemudian baikan dengan Narumi sebenarnya dipakai Mangaka tapi di bagian akhir. Di anime juga termasuk 'bagian akhir' sih karena episode setelahnya tamat. Tapi jalan ceritanya tidak sebahagia itu. Dan sekali lagi, masa lalu Narumi-Reo-Yuka tidak seperti itu. Okelah, Blogger paham saat itu bahkan nama Yukihira Izumi belum tersebut dalam manga, tapi pihak anime jangan sok berspekulasi begitulah.
Episode 26, sebenarnya itu bisa dianggap filler biasa, tapi latar waktunya sangat ngaco. Tidak masalah jika misalkan Mikan (yang di episode 21) harus ikut remedial. Tidak masalah jika misalkan Hotaru dikirapindah (toh di manga juga pernah kesebut tapi sambil lalu karena sedang Arc besar) sehingga Jinno seakan kasih izin Mikan kasih perpisahan dengan Hotaru. Tapiiii, kenapa di episode itu dianggap sebagai ujian kelulusan/kenaikan kelas?? Ngaco banget, padahal kelulusannya kelas Mikan versi manga itu adanya di menjelang akhir, setelah semua Arc besar lewat.
Blogger paham jika target anime ini untuk anak-anak, tapi jangan seenaknya ubah latar waktu dari canon sedangkan yang lain-lainnya tetap sama.
Jika misalkan setelah 14 tahun kemudian (tahun depan sudah 15 tahun) ada yang ambil alih untuk garap season 2, bisa saja dilanjutkan untuk adaptasi Arc Z dan seterusnya, dengan membuat seakan Hotaru tidak jadi pindah. Tapi yang kembali menjadi masalah adalah 'ujian kelulusan (SD)' yang ada di episode 26. Baik dilanjutkan atau tidak, anime ini latar waktunya ngaco.
Kemudian lagi, jika tidak dilanjutkan, apa fungsinya kenangan Yuka yang dilihat Noda itu ditampilkan dalam anime? Di manga, kenangan itu sangat penting bahkan ada Arc khususnya. Sedangkan di anime itu kilas baliknya bahkan ditampilkan sesekali, tapi anime ini selesai tanpa penjelasan apa-apa soal adegan itu.
Terakhir, ini masalah selera.
Blogger sangat tidak suka penggambaran Narumi versi anime. Entah ya, mungkin karena dibuat terlalu gemulai dibanding manga?
Penggambaran Jinno di anime juga Blogger kurang suka. Pertama karena kesannya Jinno jadi tua banget, kedua karena Jinno seperti tokoh antagonis banget padahal di manga hanya seperti guru yang menyebalkan tanpa hal-hal antagonis lainnya.
Sifat Ruka di anime juga Blogger kurang suka, mungkin karena di manga dia lebih pendiam dan lebih bisa tahan emosi.
Hubungan Natsume dengan Mikan yang dibuat lebih dekat dari seharusnya (di awal manga) juga Blogger gak suka, ketara banget Kreator pengen cepet-cepet satuin kedua anak ini di anime.
Terakhir lagi.
Sebenarnya sebagai anime tersendiri, ini cukup baik dan menghibur. Tuntutan untuk kelanjutan season setelahnya akan lebih besar karena adanya kenangan yang dilihat oleh Noda, Reo yang melulu ngomong tentang 'perempuan itu', serta tentang sosok Persona, dan apalagi tentang rumor bahwa Natsume adalah pembunuh. Tapi sebagai anime yang diadaptasi dari manga, ini bukan contoh yang baik. Tidak jelek (justru ada hal-hal baik seperti beberapa adegan pendukung), tapi penggemar manga pasti kecewa.
Hasilnya?
KACAU BEDA BANGET.
Oke, gak jelek sih. Inti utamanya sejauh yang diadaptasi menjadi anime cukup sesuai. Tapi bagi yang tergila-gila dengan manganya jelas akan kecewa dengan anime, apalagi jika pembaca manganya sudah baca sampai tamat lalu baru mulai nonton animenya (yang mana baru bisa dilakukan di akhir 2013).
Perubahan detil kecil-kecil masih bisa dimaklumi. Seperti, dari episode satu, yang Natsume rampas dari Mikan adalah roknya, sedangkan di manga adalah celana dalamnya. Itu perubahan kecil, tapi tidak begitu berpengaruh dengan plot selanjutnya. Lagipula, Blogger pikir Kreator anime menargetkan anime ini untuk anak-anak, jadi sebisa mungkin yang ditambilkan dibuat 'aman'.
Tapi Blogger pribadi tidak suka perubahan pada bagian dodgeball. Di manga, seluruh siswa kelas Mikan ikut main, dengan tim Mikan yang jumlahnya bisa dihitung jari. Di anime, yang main hanya sebagian, sisanya nonton, padahal tujuan dari permainan ini adalah mendekatkan diri dengan SELURUH anggota kelas. Perubahan tentang penggunaan alice di anime masih oke, maksudnya biar sekalian memperlihatkan alice apa saja yang ada, tapi Blogger kurang suka eksekusi dodgeball di anime.
Perubahan lain yang Blogger tidak suka adalah mempertemukan Mikan dengan Noda lebih cepat dari yang seharusnya. Memang tidak langsung diperkenalkan, tapi Blogger kurang suka aja.
Contoh lain yang Blogger tidak suka adalah ketika Mikan kasih Howalon terakhirnya pada Natsume, padahal di manga itu untuk kakeknya.
Beberapa tambahan adegan pun tidak buruk menurut Blogger. Banyak adegan yang tidak ada di manga, tapi bisa menjadi 'jembatan' yang pas menuju adegan canon, atau adegan tersebut seakan menjadi 'di balik layar' dari adegan canon di manga, atau adegan tersebut adalah pendukung apa yang terjadi di canon.
Contoh adegan eksklusif anime yang Blogger suka adalah menjelang festival, Tsubasa dan rekan-rekannya samperin Jinno agar dapat izin ikut serta. Festival Alice adalah Arc tersendiri di manga, dan diadaptasi ke anime, tapi adegan Tsubasa itu gak ada. Blogger suka akan tambahan adegan ini karena menunjukkan kepedulian dan kecerdasan Tsubasa.
Contoh adegan lain adalah saat Narumi kumpulin guru-guru lain untuk ngomong tentang surat dari Kakeknya Mikan.
Contoh lain lagi adalah tambahan perbedaan fasilitas level bintang di akademi. Di manga juga ada, tapi kalau tidak salah hanya sekedar tentang kamar, jatah makan, dan uang jajan. Di anime lebih kejam, yakni ada soal westafel dan tugas bersih-bersih.
Seperti yang Blogger sempat tulis sebelumnya, anime Gakue Alice mungkin dibuat dengan target penonton yang umurnya di bawah target pembaca manganya. Mungkin itu sebabnya anime ini dibuat menjadi lebih ceria, konflik yang ada dibuat lebih ringan walau diskriminasi level bintang tetap ada. Hubungan Mikan dengan Natsume dibuat lebih ringan dan tidak setegang yang ada di manga.
Tapi, sebab lainnya mungkin juga karena pihak Kreator anime tidak menyangka bahwa semakin kesini, Arc yang dibuat Tachibana Higuchi untuk manganya semakin intens dan berat.
Di Jepang, anime Gakuen Alice diputar dari akhir Oktober 2004 sampai tengah Mei 2005 sebanyak 26 episode, dan TAMPAKNYA dibuat tamat begitu saja, dengan episode 23-26 itu tidak ada di manga. Pada pertengahan Mei 2005 itu, tankoubon Gakuen Alice yang dirilis di Jepang memang baru sampai volume 7, yang chapter terakhir volume itu adalah tentang Mikan yang ketemu dengan Yuka untuk pertama kalinya. Itu memang Arc setelah ujian semester (setelah ujian, Iinchou dapat nilai tertinggi lalu pulang ke rumah selama seminggu, begitu balik ke akademi ternyata alicenya sudah dicuri), dan episode 21 adalah tentang ujian semester tersebut serta akhirannya langsung diperlihatkan bahwa Iinchou mendapat nilai tertinggi. Episode 22 tentang Bear dan Kaname itu memang ada di manga walau tidak seluruh adegan canon, tapi setelah-setelahnya itu tidak ada di manga, jadi seakan mereka nunggu sampai Arc alicenya Iinchou kecuri itu selesai kemudian baru mau digarap.
Masalahnya, episode 23-24-25 itu seperti Arc tersendiri. Jika menggunakan karakter eksklusif anime, Blogger tidak masalah. Jika menggunakan motif ekslusif anime, itu tidak masalah juga. Tapi ini tidak. Mereka masih pakai Reo untuk menarik Natsume gabung dengan Z, jadi seakan perpanjangan dari adegan Natsume yang diculik. Itu ngaco banget.
Episode 23, masa lalu Natsume cukup ngaco. Di manga masa lalu Natsume tentang insiden kebakaran itu bakal dibahas tapi nanti, sedangkan anime berasa sok tahu banget pengen duluan umbar masa lalu Natsume lalu ujung-ujungnya Mangaka bikin beda.
Episode 24, masa lalu Narumi-Reo-Yuka juga ngaco. Di manga memang sempat ada mereka bertiga bareng, tapi tidak seperti itu. Dan omong-omong, karena episode ini dibuat jauh sebelum manga umbar rahasia orangtua Mikan, jadinya anime melulu memberi petunjuk bahwa yang punya Nullification Alice adalah mamanya Mikan dan bukan papanya. Tapi di sisi lain episode ini cukup mendukung pada fakta setelah Mikan 'lulus' di menjelang tamat, ketika Jinno jadi Kepsek SD, Narumi dijadiin guru kelas Dangerous Ability.
Episode 25, bagian Reo pakai suaranya untuk gerakin para murid kemudian baikan dengan Narumi sebenarnya dipakai Mangaka tapi di bagian akhir. Di anime juga termasuk 'bagian akhir' sih karena episode setelahnya tamat. Tapi jalan ceritanya tidak sebahagia itu. Dan sekali lagi, masa lalu Narumi-Reo-Yuka tidak seperti itu. Okelah, Blogger paham saat itu bahkan nama Yukihira Izumi belum tersebut dalam manga, tapi pihak anime jangan sok berspekulasi begitulah.
Episode 26, sebenarnya itu bisa dianggap filler biasa, tapi latar waktunya sangat ngaco. Tidak masalah jika misalkan Mikan (yang di episode 21) harus ikut remedial. Tidak masalah jika misalkan Hotaru dikirapindah (toh di manga juga pernah kesebut tapi sambil lalu karena sedang Arc besar) sehingga Jinno seakan kasih izin Mikan kasih perpisahan dengan Hotaru. Tapiiii, kenapa di episode itu dianggap sebagai ujian kelulusan/kenaikan kelas?? Ngaco banget, padahal kelulusannya kelas Mikan versi manga itu adanya di menjelang akhir, setelah semua Arc besar lewat.
Blogger paham jika target anime ini untuk anak-anak, tapi jangan seenaknya ubah latar waktu dari canon sedangkan yang lain-lainnya tetap sama.
Jika misalkan setelah 14 tahun kemudian (tahun depan sudah 15 tahun) ada yang ambil alih untuk garap season 2, bisa saja dilanjutkan untuk adaptasi Arc Z dan seterusnya, dengan membuat seakan Hotaru tidak jadi pindah. Tapi yang kembali menjadi masalah adalah 'ujian kelulusan (SD)' yang ada di episode 26. Baik dilanjutkan atau tidak, anime ini latar waktunya ngaco.
Kemudian lagi, jika tidak dilanjutkan, apa fungsinya kenangan Yuka yang dilihat Noda itu ditampilkan dalam anime? Di manga, kenangan itu sangat penting bahkan ada Arc khususnya. Sedangkan di anime itu kilas baliknya bahkan ditampilkan sesekali, tapi anime ini selesai tanpa penjelasan apa-apa soal adegan itu.
Terakhir, ini masalah selera.
Blogger sangat tidak suka penggambaran Narumi versi anime. Entah ya, mungkin karena dibuat terlalu gemulai dibanding manga?
Penggambaran Jinno di anime juga Blogger kurang suka. Pertama karena kesannya Jinno jadi tua banget, kedua karena Jinno seperti tokoh antagonis banget padahal di manga hanya seperti guru yang menyebalkan tanpa hal-hal antagonis lainnya.
Sifat Ruka di anime juga Blogger kurang suka, mungkin karena di manga dia lebih pendiam dan lebih bisa tahan emosi.
Hubungan Natsume dengan Mikan yang dibuat lebih dekat dari seharusnya (di awal manga) juga Blogger gak suka, ketara banget Kreator pengen cepet-cepet satuin kedua anak ini di anime.
Terakhir lagi.
Sebenarnya sebagai anime tersendiri, ini cukup baik dan menghibur. Tuntutan untuk kelanjutan season setelahnya akan lebih besar karena adanya kenangan yang dilihat oleh Noda, Reo yang melulu ngomong tentang 'perempuan itu', serta tentang sosok Persona, dan apalagi tentang rumor bahwa Natsume adalah pembunuh. Tapi sebagai anime yang diadaptasi dari manga, ini bukan contoh yang baik. Tidak jelek (justru ada hal-hal baik seperti beberapa adegan pendukung), tapi penggemar manga pasti kecewa.
Rabu, 02 Oktober 2019
GoGoFive episode 19-20
Cerita pahlawan mana pun memang gak seru kalau selalu menang, makanya Blogger paling seneng nonton episode Power Rangers / Super Sentai yang timnya mengalami kekalahan sehingga butuh lebih dari satu episode untuk selesaiin misi mereka padahal itu bukan episode terakhir. Dan omong-omong, Blogger bukan omongin Arc, tapi memang tentang ngalahin satu monster butuh lebih dari satu episode.
Dari (baru) beberapa season SS yang udah Blogger nonton secara utuh, mungkin yang mengalami dampak negatif terburuk atas terbongkarnya identitas mereka adalah Tim Megaranger---karena memang dari zaman Zyuranger-GoGoFive itu yang rahasiaiin identitas mereka hanya Megaranger dan Carranger tapi identitas Carranger tidak tersebar ke warga. Ketika ada Ranger palsu di Zyuranger, karena warga tahu siapa dibalik topeng Zyuranger, warga langsung jauhin mereka dan itu wajar. Ketika OhRanger Robo dan OhBlocker dikuasai lawan, warga bisa tanya OhRanger yang sedang tidak dalam wujud Ranger kenapa para Zord menghancurkan kota, dan itu wajar. Ketika warga (terutama orang sekolah) tahu tentang identitas Megaranger lalu mereka nyalahin tim ini soal monster datang nyerang ke tempat yang ada Ranger, walau sikap mereka sangat brengsek, Blogger masih paham. Kemudian muncullah GoGoFive yang lawannya membuat ledakan dimana-mana tapi warga (secara on screen) tidak ada yang marah.
Memang Megaranger dan GoGoFive adalah dua musim yang berbeda, tapi kontras banget adegan Megaranger yang identitasnya ketahuan warga dengan GoGoFive (yang bukannya sengaja) membiarkan ledakan disana-sini. Walau ketahuannya identitas Carranger tidak menimbulkan kehancuran kota, keluarga Ichitarou tidak menyalahkan tim Carranger saat Pegasus runtuh sama sekali.
Jadi pertanyaannya, kenapa perlakuan warga terhadap identitas Carranger dan GoGoFive sangat berbeda dengan Megaranger? Apa karena Megaranger masih anak sekolahan? Bukannya justru karena masih anak sekolahan itu, mereka malah hebat sudah berusaha melindungi warga di usia begitu?
Dari (baru) beberapa season SS yang udah Blogger nonton secara utuh, mungkin yang mengalami dampak negatif terburuk atas terbongkarnya identitas mereka adalah Tim Megaranger---karena memang dari zaman Zyuranger-GoGoFive itu yang rahasiaiin identitas mereka hanya Megaranger dan Carranger tapi identitas Carranger tidak tersebar ke warga. Ketika ada Ranger palsu di Zyuranger, karena warga tahu siapa dibalik topeng Zyuranger, warga langsung jauhin mereka dan itu wajar. Ketika OhRanger Robo dan OhBlocker dikuasai lawan, warga bisa tanya OhRanger yang sedang tidak dalam wujud Ranger kenapa para Zord menghancurkan kota, dan itu wajar. Ketika warga (terutama orang sekolah) tahu tentang identitas Megaranger lalu mereka nyalahin tim ini soal monster datang nyerang ke tempat yang ada Ranger, walau sikap mereka sangat brengsek, Blogger masih paham. Kemudian muncullah GoGoFive yang lawannya membuat ledakan dimana-mana tapi warga (secara on screen) tidak ada yang marah.
Memang Megaranger dan GoGoFive adalah dua musim yang berbeda, tapi kontras banget adegan Megaranger yang identitasnya ketahuan warga dengan GoGoFive (yang bukannya sengaja) membiarkan ledakan disana-sini. Walau ketahuannya identitas Carranger tidak menimbulkan kehancuran kota, keluarga Ichitarou tidak menyalahkan tim Carranger saat Pegasus runtuh sama sekali.
Jadi pertanyaannya, kenapa perlakuan warga terhadap identitas Carranger dan GoGoFive sangat berbeda dengan Megaranger? Apa karena Megaranger masih anak sekolahan? Bukannya justru karena masih anak sekolahan itu, mereka malah hebat sudah berusaha melindungi warga di usia begitu?
Langganan:
Postingan (Atom)