Sabtu, 01 Juni 2019

Assassination Classroom. Blogger pernah ada di Kelas 3E.

Entah ketika awal rilis manganya, atau awal muncul animenya, fandom Assassination Classroom atau Ansatsu Kyoushitsu sempat ramai di linimasa facebook Blogger. Gak sampai terkenal banget sih, tapi hampir tiap hari ngeliat judul atau gambar Koro-sensei dan atau Shiota Nagisa di facebook. Blogger gak penasaran, biasa aja, dan gak nyari ini ceritanya tentang apaan. Ketika movienya muncul, Blogger juga gak nyari, tapi ketika lagi cari-cari CD film dan nemu, yaudah Blogger beli dan nonton.

Saat nonton movie 1 dan 2, ya pengetahuan Blogger tentang fandom ini hanya dari kedua film itu. Ceritanya menarik, lucu juga, punya ciri khas-nya sendiri. Beberapa karakter yang memang penting cukup ditonjolkan, konfliknya jelas. Blogger cukup paham tentang apa yang terjadi (di film).

Mungkin sekitar dua bulan lalu, Blogger memutuskan untuk baca manganya, dan feelnya jauh lebih terasa dibanding nonton filmnya. Di manga, penokohan sangat kuat untuk hampir semua karakter yang tampil. Kenapa 'hampir'? Karena banyak tokoh yang muncul hanya beberapa chapter atau beberapa panel. Tapi karakterisasi dari Yuusei Matsui sang mangaka sangat kental. Sejauh ini, dari setiap manga yang Blogger baca, characters developments di Assassination Classroom adalah yang paling baik. Karena, gini, mereka gak perlu time skip untuk memperlihatkan bahwa tokoh-tokoh ini berkembang. Oke iya ada time skip di akhir, tapi itu setelah kejadian Koro-sensei, semacam epilog. Tapi untuk pengembangan karakter di manga ini, prosesnya diperlihatkan. Untuk ukuran manga yang per-chapter-nya hanya punya sedikit halaman, alurnya tidak terasa cepat, karena versi manganya seperti mengutamakan perkembangan tiap tokoh. Bahkan, tiap tokoh penting seakan diberi satu chapter khusus untuk proses berkembangnya, atau alasan sebelum dia masuk alur manga. Atau setidaknya kalau satu genk, ya mereka dijadiin satu bab juga. Tapi prosesnya diperlihatkan, bukan langsung dipercepat lalu tahu-tahu mereka sudah membaik. Blogger gak hanya omongin anak-anak kelas 3E, tapi juga para guru, kelas 3A-D, kepsek, orang-orang di masa lalu, antagonis utama sekaligus minor.

Adegan favorit Blogger adalah saat festival sekolah, dan kelas 3E menjual mi. Blogger senang melihat siapa-siapa saja yang datang menjadi tamu mereka. Bagi Blogger, itu adalah buah yang manis untuk kelas 3E.

Ketika entri ini dibuat, Blogger baru nonton beberapa episode awal dari animenya, jadi gak tahu bagaimana pertengahan dan akhir versi anime. Tapi sejauh ini, manganya tetap yang terbaik, jelas. Versi film, sepertinya mereka lebih ingin menonjolkan jalan cerita, sehingga walau iya ada proses pengembangan karakter tapi terasa sangat singkat sehingga feelnya  kalah jauh terasa dari manga. Versi anime malah lebih terlihat soal relasi para murid dengan orang lain termasuk Koro-sensei, sehingga walau alurnya sama tapi caranya berbeda---sepertinya anime lebih ingin menonjolkan humornya (sebelum ketemu antagonis utama). Tapi setidaknya anime tetap ikut konsep 'classroom' dan 'assassination' dari manga walau gak begitu kental.

Blogger gak akan bilang manga ini adalah manga terbaik yang Blogger baca, enggak, yang terbaik adalah dari segi pengembangan karakternya. Tapi memang Blogger berpikir manganya sangat baik, alurnya tertata, dan ada bagian dekat akhir yang membuat Blogger ikut sedih (walau gak sampai nangis beberapa kali seperti saat baca Gakuen Alice / Alice Academy yang padahal sudah baca ulang setidaknya tiga kali). Sebagus-bagusnya, Blogger gak yakin mau baca ulang manganya. Nonton ulang movienya masih oke, tapi enggak untuk baca manganya.

Penyebabnya adalah sistem kelas di SMA Kunugigaoka.

Blogger pernah ada di 'Kelas 3E'. Namanya beda sih, apa yang terjadi dan ceritanya pun beda. Kepala sekolah Blogger saat itu tidak brengsek seperti Kepsek di Kunugigaoka, malah kepsek kami semacam Koro-sensei versi yang gak perlu dibunuh. Tindakan yang diberikan orang luar kelas kami terhadap kami enggak parah seperti yang terjadi di Kunugigaoka. Tapi, iya, Blogger pernah ada di 'Kelas 3E' versi sekolah Blogger.

Blogger cukup emosional saat baca manganya, terutama saat singgung tentang sistem kelas. Perbedaan fasilitas, tindakan, sikap orang lain, anggapan sebagai sampah. Walau sekali lagi Blogger tidak terima yang sampai separah itu, itu cukup mengingatkan Blogger pada masa saat masih di 'Kelas 3E'. Kami diperlakukan berbeda, dianggap rendah, gak boleh ikut lomba ini-itu dengan alasan harus pentingin belajar dalam kelas, dianggap bermasalah.

Gini, Blogger percaya kepintaran tidaklah mutlak, tapi guru-guru Blogger beranggapan kalau gak pintar hitung-hitungan ya berarti kamu gak pintar. Sejago apa pun kamu nari dan nyumbang sebanyak apa pun piala lomba nari, tapi kalau kamu gak pintar hitung-hitungan berarti kamu bego dan harus masuk 'Kelas 3E'. Kamu pintar semua pelajaran bahasa tapi gak bisa mat-kim-fis? Auto 'Kelas 3E'. Kamu sering kasih piala sepak bola antar sekolah buat sekolahmu tapi nilai rapor merah lebih dari tiga? Selamat datang di 'Kelas 3E'. Dan sebagainya.

Blogger paham tujuan sistem begitu maksudnya biar di 'Kelas 3E' itu gurunya bisa ajarin lebih lambat, biar murid-murid paham sama rata, biar yang cepat paham bisa langsung ke materi selanjutnya dan gak usah nunggu yang lemot. Blogger bersyukur untuk itu. Tapi ya jangan larang kami ikut serta dalam lomba yang kami kuasai dong. Blogger inget banget loh, banyak teman Blogger dilarang ikut lomba yang mereka sering menangin dengan alasan harus lebih banyak belajar. Iya Blogger tau, belajar lebih penting, tapi kami bener-bener gak dikasih kesempatan untuk berprestasi di bidang kami sendiri hanya karena kami anak 'Kelas 3E'. Guru-guru sok angkat tangan dengan kebodohan dan 'kebrutalan' kelas kami, dengan embel-embel kami tuh 'Kelas 3E'. Bukan sekali-dua kali guru keluar dari kelas saat jam pelajaran saking kesal karena kebodohan kami yang gak bisa paham apa yang dia ajarkan. Satu-satunya guru yang ada di pihak kami hanya kepsek. Entah apakah di belakang kami dia sama kacaunya dengan kepsek di Kunugigaoka atau enggak, tapi guru-guru yang keluar di pertengahan jam pelajaran akan datang kembali di jam berikutnya sambil bilang bahwa kepsek belain kelas kami.

Sikap kelas lain terhadap kami enggak sebrengsek manga, tapi membaca manga ini membuat Blogger ingat masa itu. Disindir-sindir. Dipandang rendah. Sistem dan maksud baiknya Blogger paham dan berterimakasih, tapi kamu yang gak pernah ada di 'Kelas 3E' gak bakal paham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar