Heran kenapa saat awal-awal tayang pada bilang bagus, sungguh, ini terasa lebih ngaco dari Percy Jackson.
Terlalu banyak perbedaan, dan alasan Kitty kirim surat-surat itu beda banget.
Dan lagi, film tidak terlalu menjelaskan apa-apa mengenai judul besar, Lara Jean sendiri terlihat tidak mau meluruskan apa pun disana.
Kalau dijabar satu-satu, mungkin kepanjangan, lalu galau kalau teringat ada yang belum ditulis. Jadi yaudah sebagian aja ya. Dan ini tidak semua tentang kritik, cuman pengen ngebacot aja.
Pertama, tentang pemeran.
Pemilihan cast tidak terlalu buruk. Terutama Josh, dia kurang lebih yang Blogger bayangkan. Kitty juga okelah. Margot itu enggak asing (belakangan baru ngeh dia main di Pretty Little Liars), dia cantik kok tapi ngarep seseorang yang cantiknya beda. Lara Jean, potongan badan dan rambut oke, tapi mukanya kurang sreg. Peter itu, Blogger tahu dia atlit, tapi Blogger membayangkan badannya sedikit lebih kecil dari itu. Papanya LJ, saat baca, mikirnya kayak papanya Kat dan Bianca dari 10 Things I Hate About You, lalu kaget sendiri saat lihat film ini.
Kedua, jalan cerita.
Plot garis besar sama. Tapi, sepertinya para penggemar buku fanatik setuju untuk menyuarakan:
'MANA ADEGAN PESTA HALLOWEEN-NYA?!?!?!?'Itu adalah bagian yang paling Blogger suka, benaran, karena disitu perbedaan hubungan LJ dengan Josh dan Peter kelihatan sangat. Katanya dari pihak produser juga sudah berniat masukin adegan itu, tapi izin untuk penggunaan nama Spiderman untuk kostum tokoh Josh itu gak ada, jadi adegan Halloween ditiadakan. Tapi, tapi, tapi setidaknya bisa dimasukin dalam obrolan, kan? Seperti misalnya Peter dan LJ ngomong tentang saat Halloween dan setelahnya mungkin Peter ngomong mau coba nonton HP? Penonton kan tetap kecewa karena adegan aslinya gak ada sih, tapi setidaknya tidak akan sekecewa yang sekarang.
Ketiga, Kitty.
Kacau. Di buku, Kitty melakukan apa yang dia lakukan karena mau balas dendam gara-gara LJ cengin dia mulu. Iya, mungkin lebai banget sampai sebegitunya, tapi mungkin anak kelas enam disana gaya balas dendamnya memang begitu.
Di film, itu karena dia pengen LJ punya pacar. WTF? Jika ini bukan berdasarkan buku, sebenarnya motivasi ini gak salah, baik banget malah.
Dan lagi, di film, itu ketahuan jelas banget dari awal bahwa dia pelakunya. Ini sudah gak seru banget.
Keempat, Spin the Bottle.
Iya, di film, itu adalah adegan yang menyebabkan Gen memusuhi LJ. Tapi gini ya. Satu, adegan itu gak ada di buku. Dua, iya, LJ dan Josh ciuman di tahun itu, tapi bukan begitu caranya. Tiga, adegan Gen ngasihtau LJ alasan dia melakukan hal buruk itu adanya di buku dua.
Kelima, Hot Tub Video.
Adegan ini memang ada di buku, caranya beda sih. Yang jadi permasalahan adalah, itu terjadi di buku kedua. Ketika LJ memperlihatkan video itu ke Margot (film), tampaknya sang kakak telah urus soal penghapusan video (harusnya dilakukan oleh Peter di buku dua). Saat LJ ke sekolah pun, dia sudah langsung dipeletotin orang-orang. Sebenarnya ini adalah salah satu konflik utama di buku dua. Film pertama tidak memasukkan banyak elemen penting buku, lalu mereka nyomot bahan di buku dua, kemudian sok-sokan tampilin John di detik-detik terakhir yang menandakan akan adanya sekuel. Masalahnya jika elemen penting buku dua sudah masuk film pertama, mereka mau ngapain di film kedua? Mau ngurusin cinta segitiganya doang?
Maap, jadi emosi sesaat.
Keenam, Margot.
Versi movie gak begitu masalah, sih. Hanya saja, konflik Margot dan LJ setelah tahu tentang Josh di buku cukup jelas, sedangkan di film kok rasanya datar, sehingga Blogger ber-hah-ria saat nonton.
Ketujuh, kotak penyimpanan.
Di sinopsis novel itu sudah jelas ya, dia simpan kotak dimana dia sembunyiin surat-surat itu di bawah ranjang dimana orang tidak bisa lihat, bukan di paling atas lemari dimana semua orang bisa lihat dengan mata telanjang. Duh ðŸ˜
Kedelapan, tentang film itu sendiri.
To All the Boys I've Loved Before bukanlah film yang bagus menurut Blogger. Bukan masalah banyak perbedaan dengan buku. Tapi film itu sendiri, tanpa melihat novelnya, itu tidak bagus. Bukan soal akting atau editing, dst, tapi filmnya itu. Gimana ya bilangnya? Bingung mau gimana kata-katanya. Tapi salah satunya adalah seperti mengajarkan bahwa hidup ini simpel banget. Tunggu, sebenarnya memang hidup gak usah ribet-ribet, dan memang pasti akan ada sesuatu yang baik dibalik sesuatu yang tidak mengenakan. Tapi apa yang dialami LJ itu, kok kayaknya enak banget. Di buku aja dia beruntung. Dan di film ini tidak ada yang bisa dijadikan role-model.
Itu semua menurut Blogger. Mungkin pemikiran Blogger akan berubah, tapi itulah untuk saat ini.
Tidak bisa berharap apa-apa dari film keduanya, karena lihat yang pertama sudah kelewat kecewa.
Dan iya, Blogger sudah baca buku keduanya, yang ketiga masih belum. Kalau ternyata ada adegan ngaco di film pertama yang ternyata adalah adegan di buku tiga, berarti Blogger gak tahu ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar