Gini.
Jangan bunuh diri.
Oke, tunggu, katanya kalau ngomong dengan kalimat negatif atau ada kata berunsur negatif sebangsa 'jangan', 'tidak', 'dilarang', dkk itu hasilnya malah ngaco, ya? Ya sudah.
Ayo berjuang.
Blogger gak pandai kasih nasihat. Lagian, orang-orang yang punya pemikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri itu ya, segiat apa pun orang lain berusaha semangatin dan menghalau orang-orang ini dari pikiran negatif, tetap aja bakal kejadian kalau orang-orang ini sendiri gak berusaha untuk mengalihkan perhatian dari berusaha minggat dari dunia ini. Dengan kata lain, setidaknya dari diri sendiri, harus ada pemikiran bahwa masih ingin hidup.
'Lah, kalau orang mau bunuh diri udah pasti gak pengen hidup lagi, dong?'
Iya, bener. Ini jawaban klise yang udah biasa, tapi gini: kamu yakin seluruh orang di dunia ini bakal rela kehilangan kamu begitu aja? Sengaja Blogger gak bilang 'orangtua', karena mungkin ada yang orangtuanya sudah gak ada atau justru orangtua merekalah alasan mereka mau minggat. Tapi, maaf kalau Blogger muluk banget, Blogger percaya setidaknya ada satu orang yang bener-bener peduli dan gak mau kamu pergi dari dunia ini.
'Blogger pasti gak pernah ngerasa pengen bunuh diri, makanya enteng banget ngetik ini.'
Kata siapa? Kata situ, kah?
Pernah kok Blogger ngerasa pengen pergi aja, hilang dari dunia ini saking kecewa dan sedihnya. Memang mungkin ada sangat banyak yang mengalami hal yang jauh lebih menyakitkan dari apa yang dialami Blogger, pasti. Gini, Blogger gak tahu dan gak paham situasi kamu, tapi Blogger mengerti perasaan itu. Apalagi kamu-kamu yang kena bully.
Alasan Blogger pengen menghilang itu, bagi orang-orang pasti berpikir 'apaan sih lebai banget cuman begitu doang'. Hei, secuilnya alasan itu, bagi Si Penderita tetap besar tahu. Apalagi kalau misalnya seperti Blogger ini gak punya siapa pun di dunia nyata untuk mengadu, selain kepada Tuhan.
Selama, puncaknya tiga tahun, Blogger seakan terlupakan di 'tempat' Blogger berada. Mereka bisa bilang misalkan ada tiga puluh orang anggota di tempat itu, tapi kalau disuruh sebut satu-satu maka mereka tidak akan ingat tentang Blogger. Oke, ini alasan biasa yang kalian pikir ini seharusnya gak usah sampai bunuh diri. Blogger setuju.
Tiga tahun, dan bukan hanya terlupakan. Blogger dianggap cari muka pada sesepuh hanya karena selalu mengerjakan tugas yang memang sudah seharusnya dikerjakan. Saat itu Blogger punya seorang teman laki-laki yang kemudian dia punya pacar. Blogger masih berteman dengan laki-laki ini, tapi kemudian pacarnya melabrak Blogger dengan kata-kata kasar. Oke, ini masih biasa aja.
Selama tiga tahun, atas alasan-alasan penting yang Blogger enggan ungkapkan, blogger pernah kepikiran untuk mengakhiri hidup. Dan sekali lagi, Blogger tidak punya seorang pun yang cukup dipercaya untuk curhat selain pada Tuhan.
Blogger tidak berusaha mencari pertolongan dari siapa pun. Kalau gak salah saat itu pun bukan sedang tenar-tenarnya aksi bunuh diri. Tidak tahu juga kalau ternyata ada macam terapi-terapi yang bisa dicari online (gimana bisa tahu, saat itu belum terlalu kenal internet). Tidak tahu kalau ada nomor-nomor khusus yang bisa dihubungi jika butuh pertolongan dalam hal ini.
Tapi ternyata, Blogger memang tidak membutuhkan itu semua.
Blogger mendapatkan pemikiran-pemikiran yang membuat Blogger tidak jadi bunuh diri sama sekali.
Karena sekali lagi, ini memang harus dari diri sendiri.
Blogger akan kasih contoh.
'Belum bahagiain mama dan papa'.
Ini adalah alasan paling pasaran dari semua orang. Blogger gak bilang ini alasan yang salah atau apa. Ini adalah alasan yang wajar dan normal untuk semua orang. Jika ini adalah tujuan hidupmu, ini mulia banget, sangat wajar, sangat diharapkan.
Tapi dari Blogger, sepentingnya alasan ini, yang Blogger maksudkan sebagai contoh bukanlah yang ini, karena alasan yang ini berat.
'Belum lulus', 'belum dapat gelar', 'cita-cita belum tergapai', dan sejenisnya.
Ini alasan yang kurang lebih sama beratnya dengan yang di atas, jadi ini bukan contoh yang dimaksud.
Oke, tunggu, jadi contohnya gimana?
Maksudnya adalah, kamu harus mencari alasan yang hanya kamu yang punya. Seperti kata Blogger, 'bahagiain ortu' adalah alasan mulia yang hampir semua orang punya. Bukannya gak boleh punya alasan tersebut, tapi untuk kamu sendiri, apa alasan yang kamu punya tapi tidak untuk orang lain? Alasan yang, membuat kamu agak kepikiran, tapi orang lain gak kepikiran, dan gak muluk-muluk setidaknya buat kamu.
Blogger punya banyak pemikiran. Awalnya saat mau bunuh diri itu, Blogger hanya menemukan satu selain mikir bahwa 'Blogger adalah satu-satunya anak perempuan mama papa, kalau Blogger gak ada gimana?'. Makin lama, Blogger punya makin banyak pemikiran yang membuat pikiran negatif itu terlempar jauh. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
Satu. Bagaimana akhir dari serial Detective Conan?
Iya, banyak orang berspekulasi macam-macam, dan belakangan fanfiksi berupa tebakannya sudah banyak. Tapi beneran, Blogger penasaran. Conan kembali menjadi Shinichi, apakah dia akan jujur pada orang-orang di sekitarnya terutama Ran? Terus eksistensi Edogawa Conan yang orang-orang tahu gimana? Nasib BO gimana? Dan sebagainya.
'Lalu, kalau DC tamat gimana? Bunuh diri?'
Iya, Blogger sempat kepikiran pertanyaan ini juga. Apalagi ketika entri ini diketik, sepertinya perjalanan DC sudah lewat dari 50%. Nah, makanya, perbanyak pikiran-pikiran semacam ini.
Dua. Belum jadi Power Ranger Hitam perempuan pertama.
Blogger sangat suka Power Rangers, terutama 6 musim pertama. Season ke 18-21 itu mengecawakan banget sih, tapi itu tidak membuat Blogger berhenti senang dengan keseluruhan serial ini. Masalahnya, kalau diperhatikan, tidak ada perempuan yang menjadi Ranger Hitam. Padahal Ranger Merah-nya ada, loh. Makanya Blogger sempat kepikiran pengen jadi perempuan pertama yang menjadi Ranger Hitam.
'Terus kalau ternyata setelah Power Rangers Beast Morphers ada Ranger Hitam yang diperankan perempuan bagaimana?'
Kalau begitu, tinggal tetap berharap untuk menjadi Ranger Hitam walau bukan yang pertama. Dan lagi, Blogger masih punya segudang pemikiran.
Tiga. Inuzuka Kiba belum menyatakan cintanya pada Hyuuga Hinata.
Iya tahu sekarang Hinata sudah jadi Uzumaki Hinata, tapi Kiba x Hinata adalah OTP Blogger di fandom Naruto. Blogger selalu percaya bahwa selain Kurenai, Kiba adalah orang yang paling mengerti Hinata. Pemicu pikiran ini adalah saat Kiba kalah melawan Naruto saat ujian Chuunin, disitu Kiba bilang sama Hinata untuk mundur jika harus berhadapan dengan Neji atau Gaara. Blogger percaya bukannya Kiba menganggap remeh rekannya, tapi itu lebih kepada tidak ingin temannya kenapa-kenapa. Sekilas, iya kesannya merendahkan, ya, kalau tidak pernah diperlihatkan interaksi mereka berdua sama sekali maka Blogger gak bakal jadiin mereka OTP.
Contohnya tiga aja ya, sisanya kalian cari alasannya sendiri.
'Loh, kalau bukan fangirl/fanboy gimana? Itu contohnya kan berhubungan fandom semua.'
Eh iya juga ya, Blogger fangirl akut sih.
Kamu sendiri tertariknya dengan apa? Dari hal yang membuat kamu tertarik itu, buat satu pertanyaan yang belum pernah ada jawabannya.
Kamu seneng sepak bola? Coba penasaran kenapa rambut Messi gak pakai model rambut Ronaldo yang pernah ngetren.
Kamu seneng fisika dan atau ilmu eksak lainnya? Coba pengen bikin teori sendiri. Oke, ini susah sih, tapi karena Blogger gak tertarik dengan IPA ya jadi gak bisa kasih contoh yang bagus.
Sekali lagi, selain tertarik untuk minggat dari dunia ini? Apa yang pernah kamu senengin?
Entri ini tidak membantu, ya, maaf banget. Toh, sesuai perkataan Blogger, itu harus dari diri kamu sendiri. Entri ini adalah bantuan dari luar diri kamu, jadi gak bisa bantu. Blogger hanya kasihtahu, bahwa setidaknya pasti ada satu manusia di dunia ini yang akan sedih banget ketika kamu pergi, sedih banget karena merasa kamu gak percayain dia untuk jadi tempat curhat.
Apa yang Blogger alami mungkin terkesan ringan banget dibanding yang kamu alami, apa pun dan siapa pun kamu. Tapi ada orang yang butuh kamu. Apalagi, kamu hanya ada satu di dunia ini, gak ada yang bisa gantiin sama sekali.
Blogger gak mau maksa.
Tapi, ayo, kita sama-sama berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar