Sebagai filler, plotnya oke. Entah karena ini berhubungan dengan buku atau karena dia adalah sambungan dari episode filler lainnya (tapi bukan acara part 1 - part 2).
Salah satu yang membuat Blogger senang dengan episode filler ini adalah, walau tidak detil, tapi menunjukkan bagaimana sifat penjual buku loak yang baik. Bukan hanya sekedar bayar sejumlah yang orang lain jual, tapi mereka ini juga harus tahu tentang buku yang bersangkutan: edisi tahun kapan, terbatas atau enggak, dan sebagainya. Blogger sering menemukan bursa buku seken murah (bukan cuci gudang ya, tapi bener bekas), dan ada poster besar soal bagaimana cara 'nyumbang' buku bekas. Jadi misalkan di rumah ada buku yang udah gak bakal dibaca lagi tapi masih layak baca untuk orang lain, kamu bisa datang kesana dan jual buku tersebut dengan harga yang AMAT SANGAT MURAH. Yes. Blogger gak tahu bagaimana di tempat dan daerah lain, tapi yang biasa Blogger temukan itu, harga buku yang kamu jual ke mereka hanya dihitung berdasarkan berat. Gak peduli seperti apa kondisi atau 'harga' buku itu, kalau barangnya berat ya dia bakal beli lumayan dari kamu. Selangka apa pun, kalau tipis, ya harganya murah banget. Tapi di DC episode 951 ini menunjukkan bahwa harusnya tidak seperti itu. Para penanggung jawab buku seken ini walau gak tahu buku tersebut harus tetap ngeh soal nilai buku yang bersangkutan. Dan mungkin karena tokohnya adalah orangtua, jadi keputusannya untuk gak beli buku-buku langka itu membuat hati Blogger sebagai penonton hangat.
Sebagusnya, filler tetaplah filler. Kebiasaan episode filler yang hanya ada satu bagian yang paling kelihatan adalah bahwa pelakunya ketahuan oleh penonton segera setelah kasus terjadi. Kebiasaan nomor dua adalah, bukti yang 'menempel' pada pelaku itu (menurut blogger) kelewat simpel. Ya wajar aja sih, namanya juga cuman satu bagian, tapi gimana gitu rasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar