Perburuan angpao masih belum selesai, makanya masih bilang hari kedua, karena tahu habis ini masih mau keluar lagi, gimana pun juga kan gak sempet kalau kemarin datengin atau ketemu langsung semua. Cuman ya sedihnya, hari ini bakal tetep ketemu orang yang sama buat janjian pergi ke rumah ShuKung, tapi orang-orang itu gak bakal ngasih angpao lagi karena kemaren udah 😔
Tentang angpao dan ulangtahun, waktu PoPo masih ada, Blogger bisa dapat angpao tiga kali dalam setahun: saat Sincia, ulangtahun tanggal internasional, ulangtahun tanggal Cina.
Kalau Sincia wajarlah, semua juga dapat. Dan mungkin beliau masukin uangnya jumlahnya sama dengan yang dimasukin ke angpao lainnya saat itu. Tapi biasanya angpao dari Popo itu, isinya yang paling besar jumlahnya. Kalau bukan sama seperti yang dari mama, mungkin sedikit kurang, atau pernah lebih besar. Jadi maksudnya isi paling besar itu selain dari mama, ya.
Saat ultah internasional, ini gak selalu dikasih. Kalau pas lagi gak dateng ke rumah PoPo, ya gak dikasih. Walau lewat misalkan seminggu, ya gak dikasih juga. Karena Blogger gak bilang ulangtahun, sih, mungkin PoPo juga gak tahu tanggal internasional ultah Blogger. Tapi saat masih kecil, jamannya masih dirayain, itu PoPo rajin tuh kasih angpao saat ultah. Isinya gak sebesar Sincia, tapi yang penting dapet 😋
Nah, ulangtahun tanggal Cina, PoPo paling hapal punya Blogger. Di antara semua cucu, paling hapal yang ini, karena saat lahir itu tanggal Cina-nya adalah tanggal lahir Dewi Kwan Im! Di kalender harian kan rata-rata masukin tanggal Cina juga, kalau tanggal ultah Dewi Kwan Im juga ditandain, jadi walau pun gak bisa hitung tanggalan Cina, tinggal cek kalender aja dan langsung tahu tanggal Cina ulangtahun Blogger. Nah, PoPo ini, walau sudah lewat misal dua minggu sekalipun, kalau Blogger main ke rumahnya, beliau pasti kasih angpao yang isinya sama seperti saat Sincia.
Jadi sebenarnya Blogger sudah kenyang dengan perkataan Blogger adalah cucu kesayangan PoPo. Tapi sebenarnya mungkin bukan kesayangan, karena toh saat beliau hidup Blogger gak bisa ngapa-ngapain untuknya, ngerti bahasanya pun enggak. Beliau meninggal saat Blogger sekitar kelas 5-6 SD. Jadi ketika SMP dan SMA dapat pelajaran bahasa Mandarin, Blogger berusaha belajar dengan baik karena ada setidaknya 3-4 orang di keluarga mama yang sering ketemu tapi mereka gak bisa bahasa Indonesia (sedihnya, Blogger masih tidak begitu paham bahasa Mandarin, dan sekarang tinggal 1 orang di keluarga mama yang tidak lancar bahasa Indonesia).
Kembali tentang PoPo, dibanding cucu kesayangan, mungkin lebih tepatnya cucu yang paling mudah diingat. Iyalah, Blogger adalah cucu paling kecil dari anak termuda beliau, lalu lahirnya pas di tanggal lahir Dewi Kwan Im.
PoPo meninggal karena usia. Oke, sebenarnya karena sakit tua juga, beliau sudah sempat masuk rumah sakit, lalu pindah ke rumah sakit yang lebih besar. Disitu PoPo baru terima Yesus. Gini, PoPo bukan fanatik Buddha, beliau gak masalah kalau anak-anaknya jadi Kristen dan atau Katholik. Malah, mama pernah cerita, waktu kecil karena hari Minggu libur, PoPo biarin mama pergi ke gereja maksudnya daripada diam di rumah, dan beliau gak masalah saat mama jadi Kristen. Tapi walau dia biarin anak-anaknya begitu, bukan berarti PoPo ikut terima Yesus, beliau mah biasa aja. Di rumah sakit besar yang dibilang tadi, PoPo bilang dia mau terima Yesus. Blogger gak inget kapan, tapi setelahnya, semua sakit yang ada di tubuh PoPo hilang. Dengan kata lain, ketika PoPo meninggal, itu bukan karena sakit yang menggerogoti badannya, melainkan karena usia, beliau sudah lelah.
OH CRAP I'M SOBBING RIGHT NOW.
Lanjut lagi.
Awal PoPo gak ada, Blogger belum langsung semangat belajar Bahasa Mandarin. Biasa aja. Ketika masuk SMP yang yayasannya beda dengan waktu TK dan SD pun, itu bukan karena ada pelajaran tersebut. SMP Blogger itu adalah sekolah baru (yayasannya lama, ini cabang baru), dan Blogger adalah angkatan pertama. SD-nya pun baru masuk kelas 1 juga. Nah, karena banyak yang dari sekolah di luar yayasan saat SD, pelajaran Mandarin-nya pun beda kurikulum dengan cabang lain. Dibilang belajar dari dasar pun enggak (dasar yang bener dasar itu baru Blogger dapatkan saat kelas 1 SMA, susahnya ampun banget), karena kami cuman belajar kosakata. Cuman diajarin kata ini hanzinya begini, pinyinnya begini. Gitu doang. Memang pakai buku yang disediakan di pusat, tapi ulangannya hanya tulis hanzi dari pinyin yang laoshi sebutin. Itu pun beliau sudah kasihtahu setidaknya 8 dari 10 soal.
Nah, saat kelas dua, kurikulumnya baru pelan-pelan bener ikutin yayasan. Sudah pakai tema macam angka, tanggal, nama pekerjaan, kata kerja, perkenalan, keluarga, dll. Disitu, Blogger paham beberapa kosakata karena sering dengar kata tersebut di rumah. Seperti angka, 'makan', 'minum', 'pulang', 'tidur', dan hampir semua kosakata dengan tema keluarga itu Blogger sudah tahu (tapi tetep gak hapal hanzinya saat itu). Nah, disitulah Blogger berasa kena gampar. Blogger mikir, jika belajar bahasa ini secara formal dari kecil, mungkin Blogger akan lebih bisa mengerti perkataan PoPo. Pernah loh, di rumah, Blogger ingin naik tangga, lalu PoPo minta ambilin gelasnya yang ada di tangga, dan karena gak paham, Blogger hampir mau langsung lewatin anak tangga yang ada gelas itu. Untung ada mama disana, beliau ngasihtahu artinya. Disitu Blogger baru bener belajar. Masih ngaco parah, sih, tapi seenggaknya sekarang kalau sudah dicampur-campur bahasa Indonesia sedikit, Blogger sudah paham apa yang dibicarakan.
Masalahnya, setelah lulus SMA, Blogger masih gak begitu bisa bahasa Mandarin. Iya, bisa paham kalau orang ngomong, tapi gak seratus persen. Cecenya mama, sulit bahasa Indonesia juga tapi masih mending dari PoPo, sekitar dua tahun lalu meninggal karena sakit dan memang agak faktor umur juga. Beliau sudah terbaring di ranjang dan gak bisa bangun saat itu, beliau bilang mau terima Yesus. Karena anaknya Katholik, ya dia dibaptis jadi Katholik. Beberapa hari kemudian beliau meninggal, tanpa tahu Blogger masih nyesel belum bisa ngomong dalam Mandarin.
Jadi, mungkin kekecewaan itu yang membuat Blogger semakin senang belajar bahasa apa saja. Tidak secara formal, tapi berusaha setidaknya untuk kosakata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar