Rabu, 17 November 2021

Detective Conan episode 1026

 Filler, lumayan seru, tapi mungkin akan lebih baik jika dibuat 2 bagian.

Mulanya, Blogger malah mikir pelaku adalah ibunya saksi mata. Mungkin Blogger keseringan baca novel karangan Akiyoshi Rikako makanya bisa mikir kesitu.

Ketika dibilang bahwa si Saksi Mata hanya berkomunikasi lewat pesan, Blogger pikir itu antara dia saking syok atau memang gagu. Karena judulnya aja wordless, lalu si Ibu bilang bahwa anaknya gak bakal ngomong apa-apa, jadi Blogger pikir ya dia gagu begitu. Tapi ternyata si Ibu bilang bahwa sudah seminggu ini dia seperti itu, berarti dia bukan gagu.

Conan, mungkin karena kebetulan dalam tubuh anak umur tujuh tahun, jadi bisa langsung kepikiran untuk ngecek rak sepatu sampai secermat itu. Mungkin Conan versi 17 tahun juga akan jongkok untuk melakukan yang sama, tapi Conan yang saat ini memang lebih mudah. Ketika dibilang bahwa sepatu Yoko tidak ada dan malah ada sepatu asing selama seminggu, Blogger bingung. Awalnya Blogger pikir pelaku semalam bisa masuk rumah itu dan menaruh sepatunya atau bagaimana biar si Saksi Mata masuk dalam deretan tersangka, tapi itu tidak akan menjelaskan mengenai sepatu Yoko.

Ketika di kamar Saksi Mata disorot mengenai foto Saksi Mata dengan temannya, sangat mudah penonton berasumsi bahwa temannya itulah yang menjadi pelaku. Karena, kalau dia hanya saksi mata biasa, kenapa gak langsung lapor polisi, kan? Berarti dia kenal pelakunya atau ada sesuatu yang membuat dia gak bisa lapor.

Plot twistnya bagus, Bloger pribadi suka. Memang ketika liputan tentang Yoko muncul, Blogger langsung mikir ini pasti berhubungan dengan kasus. Dan bener juga, Blogger gak nyangka bahwa Saksi Mata dan Anak yang asli bertukar tempat. Itu sangat menjelaskan tentang rak sepatu dan terutama alasan kenapa Saksi Mata gak mau keluar atau bersuara sama sekali.

Ketika Anak yang asli muncul, Blogger sudah tahu bahwa bukan dia pelakunya. Terlalu mencolok banget lagian apalagi karena masih sore. Tapi Blogger gak nyangka aja bahwa Pelakunya adalah yang 'satu itu'. Karena, memang nyatanya ada orang yang kelewat kepo sampai sebegitu menyebalkannya, padahal kalau ditarik garis berarti si Pelaku kepo demi bisa membereskan segala sesuatu yang mungkin masih bisa dibereskan.

Kenapa Blogger bilang akan lebih baik jika dibagi jadi dua bagian?
Masalahnya adalah motif. Pada mulanya, di bagian awal, Blogger kira ini kasus yang diremake kasus jadul, jadi tentang penyerangan terhadap gadis-gadis pirang, atau pokoknya bukan asal serang lah. Tapi kemudian, sampai akhir episode sekali pun, tidak ada penjelasan tentang alasan Pelaku melakukan penyerangan berantai seperti itu. Sebenarnya, dari ucapannya kepada Anak yang asli, bisa diasumsikan bahwa yang dia serang adalah pada gadis yang pulang malam dalam keadaan mabuk, habis main-main, dan sejenisnya. Tapi, kenapa? Ada apa? Latar belakangnya apa? Secara offline pasti diselidiki sih, tapi kasus ini terasa datar di bagian belakang padahal plot twist tentang Saksi Mata itu udah bagus.
Memang Blogger bakal sebel jika di episode filler muncul motif atau pelaku yang tiba-tiba muncul begitu saja seperti yang biasa terjadi pada movie, tapi jika dibagi jadi dua bagian, maka bisa saja muncul petunjuk-petunjuk baru yang tertinggal sebelumnya untuk menjadi petunjuk motif pelaku.

Sayang banget sih ujungnya datar, itu aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar