Animenya 11-12 dengan Mamotte Lollipop.
Aduh apaan sih baru mulai udah langsung bahas animenya.
Kamichama Karin, atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Dewi Karin, adalah manga yang dikarang oleh Koge-Donbo* (memang tulisan pennamenya seperti itu) sebanyak 7 volume, dan ada sekuelnya lagi sebanyak 7 volume berjudul Kamichama Karin Chu. Pertama kali kenal manga ini karena ada di Nakayoshi, jadi kalau baca Nakayoshi lawas pasti tahu Dewi Karin (tapi kalau langsung baca Dewi Karin Chu, mungkin akan anggap aneh dan gak jelas---bukan berarti kalau baca Dewi Karin dulu bakal suka).
Bercerita tentang Karin, tokoh utama serial ini, anak yatim piatu yang payah dalam segala hal dan baru saja kehilangan satu-satunya teman baiknya yang adalah seekor kucing. Masih dalam kedukaan, dia bertemu dengan Kazune yang datang dari kota. Ada Himeka yang ternyata sepupu Kazune, lalu ada Kirio yang mengincar cincin Karin.
Cincin Karin?
Jadi, Karin punya cincin peninggalan ibunya. Kazune datang dari kota untuk mencari orang yang punya cincin yang sama dengan cincinnya, dalam hal ini berarti Karin, dengan maksud untuk dijadikan sekutu. Sedangkan Kirio datang untuk menghancurkan cincin itu. Ternyata cincin tersebut bukanlah perhiasan biasa, melainkan barang yang bisa membuat orang terpilih untuk bertransformasi menjadi (seperti) dewa.
Dari situ, sudah jelas banget asal judul 'Dewi Karin'. Lalu, kenapa judul aslinya Kamichama Karin, bukan Kamisama Karin? Karena Karin masih sekitar umur 12 tahun, dan dia bukannya menjadi dewi benaran, hanya sekedar versi lainnya saja. Makanya judul alternatifnya pun MINI Goddess Karin.
Jadi inti cerita serial ini adalah tentang perebutan cincin dewa-dewi untuk dihancurkan, yang satu untuk menjadi penguasa, yang satu untuk perdamaian. Sambil ceritanya berjalan, terungkap banyak fakta (dalam cerita) seperti masa lalu dan asal usul para tokoh yang selama ini disembunyikan Kazune dari Karin. Tapi kalau kamu mencari bacaan (manga) yang berat, jangan baca ini. Memang banyak fakta dan teori yang cukup berat, tapi menjadi tidak terasa padat karena 'hanya seperti itu'. Jangan berharap terlalu jauh, karena target pembacanya tetap anak-anak, bahkan tokoh utamanya sendiri masih sekitar 12-13 tahun sehingga cerita ini masih tergolong ringan. Yah, tapi kalau memang dari awal gak tertarik baca manga fantasi, maka manga ini terasa gak jelas banget.
Sekuelnya masih pakai konsep yang sama dengan serial inti. Kamichama Karin selain fantasi juga mengandung sci-fi, tapi Chu lebih banyak porsi fantasi karena ada tentang perjalanan waktu menggunakan 'sihir' dan bukan mesin. Penjelasan mengenai masa lalu sudah tidak begitu diungkit, sebagai gantinya mereka membahas masa depan karena setidaknya ada dua orang dari masa depan datang ke masa saat setahun setelah akhir dari Kamichama Karin, satu ke pihak Kirio, satu ke pihak Kazune. Masih tentang perebutan dan usaha menghancurkan cincin, tapi dengan kekuatan serta konflik yang baru.
Dibanding character development, Mangaka tampak lebih asyik mengurus latar belakang tokoh serta segala macam teori mengenai apa yang terjadi dalam cerita. Mamotte Lollipop dan Pichi Pichi Pitch juga fantasi, tapi konsep fantasi mereka lebih terasa dekat, karena hanya sihir secara kasar serta putri duyung. Berbeda dengan Dewi Karin yang harus bertransformasi sedangkan mereka ada di semesta yang normal, jadi seakan Power Rangers tapi mereka berubah menjadi (seperti) dewa.
Lalu, kenapa di awal Blogger bilang animenya 11-12 dengan Mamotte Lollipop? Sebenernya itu agak mengarah ke pujian sih. Kalau bilangnya 11-12 dengan Mermaid Melody, berarti anime Kamichama Karin ngaco.
Anime Kamichama Karin terdiri dari 26 episode x 20an menit. Awalnya Blogger gak tahu tentang eksistensinya, tapi Blogger tetap tahu duluan jauh sebelum tahu tentang anime Mermaid Melody bahkan Shugo Chara. Belasan tahun lalu, saluran Spacetoon menayangkan anime ini, dan Blogger sangat kaget saat pertama kali lihat. Terimakasih Spacetoon.
Episode-episode awal masih sangat sesuai dengan canon, makin lama makin seperti fanfilm. Gak separah Mermaid Melody, tapi lumayan lah. Saat tahu hanya terdiri dari 26 episode, Blogger pikir mungkin bakal sesuai dengan Kamichama Karin, karena mungkin Chu gak bakal dianimasikan. Jadi ketika nonton awal banget episode 1, Blogger kaget dan kirain saat itu lagi nonton season 2, wkwk. Konsep adaptasinya keren, kok, sayangnya episode terakhir tidak diperjelas.
Jadi, versi anime dimulai dari pertengahan latar waktu Chu. Bagi yang gak baca manga, mungkin gak masalah. Tapi bagi orang yang cukup ingat apa-apa aja yang ada di canon, jelas Blogger kaget. Ehem. Oke. Ceritanya Karin dengan ketiga dewa rekannya sedang berusaha menghancurkan benih kehancuran (yang ada di Chu), lalu karena lawannya kesadaran Karin terlempar ke setahun yang lalu saat dia bahkan belum bertemu dengan Kazune. Disitu, masuklah alur serial utama.
Karena Animator menumpuk Chu ke dalam satu season ini, sesekali Suzune dan Kazune versi Chu muncul. Sekali lagi, bagi yang gak baca manga mungkin gak masalah. Tapi saat nonton di Spacetoon, karena saat itu gak nonton dari awal, Blogger kaget karena tiba-tiba muncul menara jam dan Suzune yang seharusnya hanya ada di Chu. Sekali lagi, kalau nonton dari awal, ini merupakan adaptasi yang menarik walau di canon Chu tidak ada tentang adegan awal episode 1.
Sebagian besar adegan penting di manga muncul di anime. Plot utama canon juga sesuai. Ada banyak adegan eksklusif anime, tapi gak masalah, bisa dianggap filler. Tapi, sama seperti Mamotte Lollipop, yang dibuat berbeda adalah akhir dari Arc, dan Blogger bukan omongin tentang tidak ada kejelasan soal Karin kembali ke Chu.
Sama seperti Mamotte Lollipop, Arc akhir Dewi Karin ini keren. Fantasinya lebih terasa dari sekedar berantem pakai sihir. Bahkan ada adegan favorit Blogger di Dewi Karin, yaitu tentang Karin bisa mengenali kalau yang bersamanya bukanlah Kazune---adegan itu gak ada di anime. Untungnya, adegan off itu bisa balik ke adegan canon lagi.
Ujung dari anime, karena harus sesuai dengan episode 1, Karin harus kembali ke Chu. Di epilog, Kazune dari masa depan jemput Karin. Tapi keberadaan Kazune di zaman itu dipertanyakan. Tidak ada kejelasan mengenai pasca-perang. Agak mengecewakan juga karena tidak ada kelanjutan atau seperti season 2, absennya cerita tentang 'masa depan' yang muncul di awal episode 1 padahal Jin Kuga sesekali muncul walau samar.
Secara keseluruhan, serial ini agak sulit diikuti walaupun termasuk ringan. Sihir-sihiran gak masalah, tapi konsep dewa-dewi itu agak membingungkan. Plot twistnya cukup bagus, biar gak berkesan kekanakan banget, tapi penjelasannya agak membingungkan. Jadi, kalau mau baca atau nonton serial ini, jangan terlalu dianggap serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar